Penerapan Commodity System Assessment Method (CSAM) pada Penanganan Pascapanen Komoditas Sawi Caisim di Kabupaten Jember
Abstract
Hortikultura merupakan subsektor pertanian yang potensial untuk
dikembangkan salah satunya sayuran sawi caisim. Menurut data BPS tahun 2021-
2022, produksi sawi di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dari 82.613
menjadi 82.994 ton. Desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi dan Desa Pontang
Kecamatan Ambulu merupakan daerah penghasil sawi caisim di Kabupaten
Jember. Sawi caisim yang sudah dipanen akan melalui beberapa jalur dimulai dari
petani, pengepul dan pedagang. Jalur distribusi yang dilewati akan berpengaruh
terhadap mutu sawi, karena semakin panjang jalur, maka semakin banyak
membutuhkan penanganan agar kualitas sawi tetap terjaga.
Karakteristik sayuran daun yang bersifat perishable dan penanganan
yang kurang tepat dapat menyebabkan komoditi sawi caisim rentan mengalami
kehilangan dan kerusakan pascapanen baik dari segi jumlah maupun kualitas.
Samad (2006) menyatakan kehilangan hortikultura di Indonesia akibat
penanganan pascapanen cukup tinggi yakni mencapai 25-40%. Oleh karena itu,
diperlukan adanya upaya penanganan pascapanen yang baik dan efektif untuk
mencegah susut bobot, memperlambat perubahan kimiawi serta menghindari
penurunan nilai jual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikai jalur distribusi, penanganan pascapanen dan dampak kehilangan
sawi caisim pada setiap saluran distribusi di Desa Sukorambi dan Desa Pontang.
Penelitian ini menggunakan Commodity System Assessment Method (CSAM).
Dengan metode CSAM, penanganan pascapanen komoditas sawi caisim dapat
dipantau sejak raw material hingga sampai ke tangan konsumen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
jalur distribusi yang digunakan di Desa Sukorambi ada 2 yaitu jalur I (petani pengepul→konsumen), dan jalur II (petani→pengepul→pedagang→ konsumen),
sedangkan jalur yang digunakan di Desa Pontang ada 4 yaitu jalur I
(petani→konsumen), jalur II (petani→pengepul→konsumen), jalur III
(petani→pedagang→konsumen), dan jalur IV (petani→pengepul→
pedagang→konsumen). Kehilangan pascapanen sawi caisim di Desa Sukorambi
pada tingkat petani, pengepul, dan pedagang masing-masing sebesar 5,32%
(signifikan), 1,67% (tidak signifikan), dan 7,3% (signifikan). Sedangkan dampak
penanganan pascapanen di Desa Pontang Kecamatan Ambulu pada tingkat petani
sebesar 4,8% (tidak signifikan), tingkat pengepul sebesar 1,3% (itdak signifikan),
dan tingkat pedagang sebesar 9,3% (signifikan)