Perbaikan Sifat Tanah Pertanian di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember Menggunakan Pupuk Organik Cair Rebung Bambu
Abstract
Pertanian intensif dapat meningkatkan produktifitas panen melalui
pengolahan lahan pertanian yang ada. Pertanian intensif menggunakan pupuk
anorganik dan pestisida secara berkelanjutan sehingga terakumulasinya logam berat
tanah dan mengalami kerusakan. Dampak dari kerusakan tanah juga berpengaruh
terhadap nilai C-organik, pH, dan stabilitas agregat yang menurun. Kecamatan
Ambulu merupakan salah satu sentra cabe yang mengalami penurunan
produktivitas yang tinggi dari tahun 2019 sampai 2021 akibat pemberian pupuk
anorganik dan pestisida yang berlebihan dan terus menerus. Perbaikan kerusakan
tanah yang disebabkan oleh pertanian intensif (akibat pupuk anorganik) dapat
dilakukan dengan penerapan pupuk organik cair (pupuk hayati). Pupuk organik cair
rebung bambu mengandung mikroorganisme yang penting bagi perbaikan tanah
dan pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Oleh karena itu,
perlu adanya penelitian perbaikan sifat tanah akibat pertanian intensif di Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember menggunakan pupuk organik cair rebung bambu.
Rancangan penelitian ini menggunakan dengan enam perlakuan dan emapat
pengulangan. Pengujian pupuk organik cair dilakukan pada pupuk pra dan pasca
penelitian. Pengambilan data diambil pada perlakuan kontrol dan perlakuan
konsentrasi pupuk organik cair rebung bambu yang menghasilkan data kualitas
tanah (C-organik, pH, kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn, stabilitas agregat)
serta kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn pada buah cabai rawit. Penelitian ini
menganalisis kualitas tanah C-organik, pH, kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, Zn
pada tanah dan buah serta stabilitas agregat menggunakan standar ambang batas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kualitas pupuk organik cair rebung
bambu pra dan pasca penelitian belum memenuhi SR.310/M/4/2019 karena rasio
C/N masih tinggi sehingga pupuk masih belum matang. Pemberian pupuk organik
cair rebung bambu meningkatkan nilai C-organik tiap perlakuan dibandingkan
kontrol. Hal tersebut dipengaruhi oleh biomassa pada rebung bambu memiliki unsur
karbon tinggi. pH tanah bernilai 7,0 termasuk dalam tanah netral dan optimum.
Penambahan bahan organik pada POC menyebabkan fluktuasi logam berat Pb, Cd,
Cu, Zn, dan stabilitas agregat antar perlakuan. Hal itu disebabkan pupuk masih
belum matang dan nilai kapasitas tukar kation menjadi rendah. Selain itu,
dekomposisi bahan organik menjadi lebih lama sehingga daya pengikatan logam
berat dan pengikatan partikel tanah tidak optimal. Kandungan logam berat (Pb, Cu,
dan Zn) pada hasil buah cabai rawit, semua perlakuan berada diatas ambang batas
cemaran logam berat makanan kecuali logam Cd. Hal ini disebabkan
terakumulasinya logam berat pada cabai rawit akibat penyerapan logam berat pada
tanah, jenis pemupukan dan pencemaran lingkungan.