Formulasi Boba Probiotik Berbahan Dasar Tapioka dengan Penambahan Tepung Porang (Amorphophallus Oncophyllus)
Abstract
Bahan dasar pembuatan boba secara umum yaitu menggunakan tapioka.
Di Indonesia pemanfaatan porang masih jarang. Porang jarang dikonsumsi secara
langsung karena memiliki kandungan kristal kalsium oksalat yang memberikan
sensasi rasa gatal bagi yang mengonsumsinya, sehingga perlu dilakukan
pengolahan menjadi tepung. Kandungan glukomanan menjadikan porang sebagai
media yang baik untuk pertumbuhan probiotik. Rancangan penelitian dilakukan
sebanyak tiga kali ulangan yaitu variasi proporsi formulasi boba yang meliputi:
boba berbahan tepung porang (1) : tapioka (3) A1, boba berbahan tepung porang
(1) : tapioka (1) A2, penambahan karagenan 1% B1 dan tanpa karagenan B0.
Pengujian warna untuk parameter kecerahan (lightness) dengan nilai
kecerahan boba berkisar antara 62,93-63,81. Nilai pH boba yang berkisar antara
3,4-3,8. Pengujian tekstur dengan nilai berkisar antara 0,754-0,962. Populasi
probiotik penyimpanan 0 jam berkisar antara 2,70-3,59 CFU/ml dan penyimpanan
selama 24 jam berkisar anatara 6,04-6,17 CFU/ml. Kesukaan warna boba berkisar
antara 52%-64%. Kesukaan boba tekstur berkisar antara 28%-64%. Kesukaan
aroma boba berkisar antara 56%-68%. Kesukaan rasa boba berkisar antara 28%-
80%. Keseluruhan boba probiotik berkisar antara 48%-84%. Perlakuan proporsi
tepung dan konsentrasi karagenan yang berbeda memberikan hasil yang berbeda
terhadap kecerahan, pH, tekstur dan viabilitas probiotik Lactobacillus casei.
Viabiltas sel probiotik L.casei pada boba mencapai 2 log CFU/ml dengan
persentase tertinggi sebanyak 125%. Formula terbaik boba yaitu pada sampel
A2B0 dengan proporsi tapioka dan tepung porang (1:1) tanpa penambahan
karagenan.