Karakteristik Larva Black Soldier Fly (BSF) Kering Menggunakan Microwave pada Berbagai Variasi Waktu Pengukusan dan Daya Pengeringan
Abstract
Larva Black Soldier Fly (BSF) memiliki nama latin Heretia ilucens, suatu
serangga yang masuk ke dalam ordo diptera Famili Stratiomyidae. Kandungan
protein hewani yang ada pada maggot sekitar 30-45%, dan kandungan lemak
mencapai 29,65%. Sifat antibakteri dan antivirus (enterovirus dan adenovirus) yang
dimiliki larva maggot BSF, termasuk asam amino esensial yang menguntungkan
dan cocok sebagai bahan pakan ternak. Karakteristik warna, tekstur, kandungan
nutrisi, dan bentuk maggot BSF kering tergantung pada teknik pengeringan dan
pemasakan yang diterapkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variasi
perlakuan waktu pengukusan dan daya pengeringan terhadap karakteristik maggot
BSF kering dan menentukan perlakuan terbaik pada proses pengolahan maggot
BSF kering untuk dijadikan pakan ayam buras serta untuk mengetahui
perbandingan kesukaan ayam buras terhadap maggot BSF segar dan kering.
Analisis yang dilakukan meliputi analisis warna, kadar air, protein, dan lemak.
Variasi waktu pengukusan yang digunakan adalah 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.
Sedangkan variasi daya pengeringan yang digunakan adalah 29 Watt, 284 Watt,
dan 564 Watt. Dari dua perlakuan tersebut menghasilkan 9 variasi perlakuan
dengan 3 kali pengulangan, sehingga terdapat 27 sampel yang diamati. Metode
yang digunakan adalah: pengukuran warna (L*a*b), kadar air (thermogravimetry),
protein (SNI 2973:2011), dan lemak (SNI 2973:2011).
Berdasarkan hasil pengamatan, variasi waktu pengukusan (5 menit, 10 menit,
dan 15 menit) dan daya pengeringan (29 Watt, 284 Watt, dan 564 Watt)
menghasilkan karakteristik maggot BSF dengan nilai yaitu: warna L sebesar 39,01
sampai 41,76, warna a sebesar ‒3,04 sampai ‒1,87, warna b sebesar 4,88 sampai
8,38, kadar air sebesar 45,78% sampai 1,53%, protein sebesar 52,21% sampai
37,28%, dan lemak 35,24% sampai 37,28%. Data yang diperoleh dianalisis dengan
uji statistika (ANOVA) yang apabila menunjukkan beda rata-rata, maka dilanjutkan dengan uji duncan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa waktu pengukusan
berpengaruh terhadap nilai b dan protein. Sedangkan daya pengeringan
berpengaruh terhadap nilai a, nilai b, dan protein. Berdasarkan penentuan perlakuan
terbaik terdapat pada perlakuan waktu pengukusan 15 menit dengan pengeringan
564 Watt (P3M3) yang menghasilka maggot BSF yang mendekati standar pakan
ayam buras fase layer berdasarkan SNI 7783.3.2013. Serta pada uji palatabilitas
ayam buras menunjukkan ayam buras lebih tertarik pada maggot BSF segar
daripada maggot BSF kering dilihat dari nilai + yang diperoleh maggot BSF segar
lebih banyak dari pada maggot BSF kering.