Show simple item record

dc.contributor.advisorSURYANINGRAT, Ida Bagus
dc.contributor.advisorWIBOWO, Yuli
dc.contributor.authorIVRAYANI, Fatikha
dc.date.accessioned2019-11-26T07:33:27Z
dc.date.available2019-11-26T07:33:27Z
dc.date.issued2019-04-18
dc.identifier.nim141710301047
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/96264
dc.description.abstractIndonesia menjadi penghasil kelapa terbesar di dunia. Tahun 2016, produksi kelapa Indonesia mencapai 18,3 juta ton kelapa. Kabupaten Jember menghasilkan kelapa yaitu 13.795 ton pada tahun 2016. Hasil samping utama dari kelapa yaitu sabut kelapa (35% dari berat keseluruhan kelapa). Berdasarkan total produksi kelapa di Jember maka sabut yang dihasilkan sebesar 4.828 ton sabut kelapa. Sabut kelapa tersebut tidak dimanfaatkan kembali karena petani hanya menjual kelapa dalam bentuk yang sudah dikupas. Peluang bisnis tersebut kemudian menjadi ide bagi CV. Sumber Sari untuk mengolah sabut kelapa menjadi coco fiber. Pangsa pasar yang dituju yaitu China. Pengiriman produk dilakukan kurang lebih setiap seminggu sekali menggunakan kontainer. Jumlah coco fiber yang diekspor mengalami penurunan pada bulan April yaitu sebesar 32,2 ton, bulan Mei sebesar 14,47 ton, dan pada bulan September yaitu 10,28 ton. Penurunan tersebut karena sering terjadi kendala teknis selama proses produksi sehingga mengganggu jalannya produksi dan mengurangi hasil produksi. Hal itu terjadi pada CV. Sumber Sari dimana sering terjadi beberapa kendala yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi baik yang berhubungan dengan pasokan bahan baku, kinerja mesin, maupun proses produksinya. Penilaian risiko dilakukan untuk mengetahui sumber risiko pada produksi coco fiber dan menganalisis prioritas dari setiap risiko pada proses produksi. Metode yang digunakan yaitu FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan AHP (Analytical Hierarchy Process). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan menggunakan skala prioritas. AHP digunakan untuk mengetahui bobot dari setiap alternatif pengendalian risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 sumber risiko pada produksi coco fiber. Hasil analisis menggunakan metode FMEA menujukkan bahwa ada 3 sumber risiko yang memiliki nilai RPN diatas nilai kritis yaitu mesin press cepat panas (52,06), adanya hujan (34,00), dan risiko kekurangan bahan baku (33,75). Alternatif yang dipilih melalui metode AHP yaitu membuat SOP produksi (0,339), penggunaan mesin pengering (0,438), dan melakukan perencanaan bahan baku (0,360).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectManajemen risikoen_US
dc.subjectFailure Mode and Effect Aanalysisen_US
dc.subjectFishbone Diagramen_US
dc.subjectAnalytical Hierarchy Processen_US
dc.subjectMitigasi risikoen_US
dc.subjectProduksien_US
dc.subjectCoco Fiberen_US
dc.titleStrategi Mitigasi Risiko pada Produksi Coco Fiber di CV. Sumber Sarien_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record