Strategi Mitigasi Risiko pada Produksi Coco Fiber di CV. Sumber Sari
Abstract
Indonesia menjadi penghasil kelapa terbesar di dunia. Tahun 2016,
produksi kelapa Indonesia mencapai 18,3 juta ton kelapa. Kabupaten Jember
menghasilkan kelapa yaitu 13.795 ton pada tahun 2016. Hasil samping utama dari
kelapa yaitu sabut kelapa (35% dari berat keseluruhan kelapa). Berdasarkan total
produksi kelapa di Jember maka sabut yang dihasilkan sebesar 4.828 ton sabut
kelapa. Sabut kelapa tersebut tidak dimanfaatkan kembali karena petani hanya
menjual kelapa dalam bentuk yang sudah dikupas.
Peluang bisnis tersebut kemudian menjadi ide bagi CV. Sumber Sari
untuk mengolah sabut kelapa menjadi coco fiber. Pangsa pasar yang dituju yaitu
China. Pengiriman produk dilakukan kurang lebih setiap seminggu sekali
menggunakan kontainer. Jumlah coco fiber yang diekspor mengalami penurunan
pada bulan April yaitu sebesar 32,2 ton, bulan Mei sebesar 14,47 ton, dan pada
bulan September yaitu 10,28 ton. Penurunan tersebut karena sering terjadi kendala
teknis selama proses produksi sehingga mengganggu jalannya produksi dan
mengurangi hasil produksi. Hal itu terjadi pada CV. Sumber Sari dimana sering
terjadi beberapa kendala yang dapat mempengaruhi kegiatan produksi baik yang
berhubungan dengan pasokan bahan baku, kinerja mesin, maupun proses
produksinya.
Penilaian risiko dilakukan untuk mengetahui sumber risiko pada produksi
coco fiber dan menganalisis prioritas dari setiap risiko pada proses produksi.
Metode yang digunakan yaitu FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan
AHP (Analytical Hierarchy Process). FMEA digunakan untuk mengidentifikasi
dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure mode) dengan
menggunakan skala prioritas. AHP digunakan untuk mengetahui bobot dari setiap
alternatif pengendalian risiko.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 12 sumber risiko pada
produksi coco fiber. Hasil analisis menggunakan metode FMEA menujukkan
bahwa ada 3 sumber risiko yang memiliki nilai RPN diatas nilai kritis yaitu mesin
press cepat panas (52,06), adanya hujan (34,00), dan risiko kekurangan bahan
baku (33,75). Alternatif yang dipilih melalui metode AHP yaitu membuat SOP
produksi (0,339), penggunaan mesin pengering (0,438), dan melakukan
perencanaan bahan baku (0,360).