Evaluasi Metode Aoac 970.23 Dan Metode Deteksi Fatty Acid Tryptamide sebagai Metode Analisis Kadar Kulit Biji Kakao dalam Kakao Bubuk
Abstract
Komoditas kakao merupakan komoditas ekspor negara yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Kakao bubuk adalah produk olahan biji kakao sebagai usaha
meningkatkan nilai jual dari kakao. Pengendalian mutu kakao bubuk telah diatur
dalam standar mutu Kakao Bubuk SNI 3747. Parameter baru, shell content
dimasukkan dalam syarat mutu SNI Bubuk Kakao SNI 3747 tahun 2009. Guna
menunjang penerapan standar baru SNI 3747:2009 terhadap kakao bubuk, maka
diperlukan metode analisis shell content yang akurat. Metode penentuan kadar kulit
biji kakao dalam bubuk kakao yang ada yaitu AOAC 970.23 dengan AOAC 968.10
sebagai metode preparasi sampelnya. Disamping itu, terdapat metode analisis kadar
kulit biji kakao yang sedang dikembangkan yaitu metode deteksi Fatty Acid
Tryptamide (FAT) sebagai indikator kadar kulti biji kakao. Evaluasi dilakukan
terhadap kedua metode analisis kadar kulit biji kakao dalam kakao bubuk tersebut
dan apabila diperlukan, dilakukan modifikasi sehingga diperoleh metode yang akurat
dan praktis dalam penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
metode analisis shell content dalam kakao bubuk dengan metode AOAC 970.23 dan
metode deteksi FAT sebagai indikator shell content.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jalan
PB. Sudirman 90, Jember pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Nopember
2011. Pada penelitian ini digunakan sampel kakao bubuk yang dibuat dari kakao
criollo dari kebun Banjarsari, Rambipuji, Jember, Jawa Timur dan dibuat formulasi
shell content 0%; 2,5%; 5%; 10%; dan 15%. Kakao bubuk yang telah diketahui shell
content-nya dianalisis dengan metode AOAC 970.23, sehingga didapatkan data
akurasi dari metode tersebut. Modifikasi terhadap persamaan yaitu menggunakan
kurva standar kakao bubuk dilakukan terhadap metode AOAC 970.23 untuk
meningkatkan akurasi metode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode
AOAC kurang akurat apabila perhitungan untuk konversi stone cells menjadi shell
content menggunakan persamaan yang ditetapkan AOAC 970.23 yang menghasilkan
akurasi rata-rata 66,073%. Dengan melakukan modifikasi terhadap persamaannya,
akurasi metode mengalami kenaikan dengan rata-rata akurasi yaitu 87,042%.
viii
Evaluasi metode deteksi FAT dilakukan terhadap material sisa ekstraksi pada
preparasi sampel metode tersebut. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kadar
FAT yang terbuang yang berkaitan dengan efisiensi ekstraksi dari preparasi pada
metode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan masih adanya FAT yang terdapat
pada material sisa ekstraksi kakao bubuk tanpa penambahan kulit biji kakao adalah
0,698 ppm, sampel dengan actual shell content 2,5% adalah 1,105 ppm, sampel
dengan actual shell content 5% adalah 1,398 ppm, sampel dengan actual shell
content 10% adalah 2,076 ppm, dan sampel dengan actual shell content 15% adalah
2,801 ppm. Dari hasil pengamatan material sisa ekstraksi didapatkan data kadar FAT
dalam residu ekstraksi berbanding lurus dengan shell content sampel. Meskipun
demikian, representasi dari FAT dalam residu sisa ekstraksi tersebut terhadap shell
content dalam kakao bubuk masih memerlukan pengujian lebih lanjut. Dengan
membandingkan FAT sisa ekstraksi tersebut dengan kadar FAT cocoa shell 313,8
ppm (Janben dan Matissek, 2001) maka didapatkan hasil FAT sisa ekstraksi pada
preparasi sampel metode deteksi FAT adalah 4,849% sehingga recovery FAT pada
ekstraksi sampel metode deteksi FAT adalah 95,151%. Esktraksi sampel pada
preparasi metode deteksi FAT kurang optimal, maka perlu dilakukan optimasi
ekstraksi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi
sehingga didapatkan nilai recovery FAT yang maksimal.
Collections
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode dalam menyelesaikan model matematika dalam menganalisa model penyebaran virus Avian Influenza. Model ini disajikan sebagai sistem non-linear persamaan diferensial biasa sehingga model sulit untuk diselesaikan secara analitik. Kita membutuhkan metode numerik untuk memecahkan masalah tersebut yaitu Metode Multistep Linier (MML) Implisit 13 untuk menganalisis model penyebaran virus Avian Influenza pada manusia. Kami menggunakan Metode Multistep Linier Implisit Order 13 karena metode ini adalah metode yang sangat akurat kita perbandingan menggunakan Metode Runge-Kutta orde 9. Menggunakan pemrograman MATLAB, kita menguji kedua metode untuk menganalisis akurasi dan hasilnya menunjukkan bahwa Metode Multistep Linier (MML) Implisit lebih efektif daripada Metode Runge-Kutta orde 9. Kesalahan dari Metode Multistep Linier (MML) Implisit 13 lebih efisien dibandingkan dengan Metode Runge-Kutta orde 9. Oleh karena itu, Metode Multistep Linier (MM:L) Implisit Order 13 ini lebih efektif untuk menganalisis model penyebaran virus Avian Influenza.
Rodyatul Aulia; Dafik; Susi Setiawani, Setiawani (UNEJ, 2014)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas metode dalam menyelesaikan model matematika dalam menganalisa model penyebaran virus Avian Influenza. Model ini disajikan sebagai sistem non-linear persamaan ... -
PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR BELAJAR BELAJAR PEMECAHAN PEMECAHAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MELALUI MELALUI BELAJAR MELALUI MELALUI PENERAPAN MASALAH MASALAH MASALAH (PBM) (PBM) MASALAH (PBM) MASALAH MASALAH PEMECAHAN MASALAH PENERAPAN PENERAPAN DAN DAN MASALAH DAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN DENGAN (PBM) DENGAN PELAJARAN PELAJARAN PELAJARAN HASIL HASIL DAN HASIL PEMBELAJARAN BERBASIS METODE METODE DENGAN METODE BIOLOGI BIOLOGI PELAJARAN BIOLOGI EKSPERIMEN EKSPERIMEN METODE EKSPERIMEN (SISWA (SISWA BIOLOGI (SISWA MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH 2 MATERI MATERI MATERI 2 2 HASIL BERBASIS BERBASIS BERBASIS PADA PADA EKSPERIMEN PADA KELAS KELAS (SISWA KELAS X.6 X.6 KELAS X.6 SMA SMA X.6 SMA GENTENG-BANYUWANGI, GENTENG-BANYUWANGI, 2 GENTENG-BANYUWANGI, GENTENG-BANYUWANGI, PENCEMARAN PENCEMARAN MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN TAHUN TAHUN TAHUN PELAJARAN PELAJARAN TAHUN PELAJARAN PROGRAM PROGRAM PROGRAM LINGKUNGAN 2012-2013
Lendy Destalia (2013-12-04)Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar antara siswa dengan guru yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari segala hal ... -
ENGARUH PENDEKATAN DENGAN DENGAN DENGAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METODE METODE DENGAN METODE BERPIKIR BERPIKIR BERPIKIR BERMAIN BERMAIN METODE BERMAIN TINGKAT TINGKAT BERPIKIR TINGKAT OPEN OPEN PEMBELAJARAN OPEN PERAN PERAN BERMAIN PERAN TINGGI TINGGI TINGKAT TINGGI (Kelas (Kelas (Kelas (Kelas VII VII VII VII PERAN TERHADAP DAN DAN TINGGI DAN NEGERI NEGERI NEGERI ENDED ENDED OPEN ENDED TERHADAP TERHADAP (OE) (OE) ENDED (OE) TERHADAP KEMAMPUAN HASIL HASIL DAN HASIL NEGERI 11 Semester Semester Semester Semester 11 11 BELAJAR BELAJAR HASIL BELAJAR JEMBER JEMBER 11 JEMBER Genap Genap Genap Genap JEMBER Tahun Tahun Tahun Tahun SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI SKRIPSI (OE) KEMAMPUAN KEMAMPUAN KEMAMPUAN SISWA SISWA BELAJAR SISWA Ajaran Ajaran Ajaran Ajaran SMP SMP SISWA SMP 2012/2013) 2012/2013) 2012/2013) 2012/2013)
Winda Anista (2013-12-04)Rendahnya kualitas pengajaran guru di dalam kelas terhadap materi biologi yang berdampak pada menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia. Orientasi siswa yang cenderung mengahafal materi biologi membuat kemampuan berpikir ...