dc.description.abstract | Banjir adalah genangan air di permukaan tanah, yang terjadi akibat tidak
baiknya sistem drainase, sehingga tumpahan air hujan dan atau kiriman air dari
daerah hulu tidak tertampung oleh sungai. Banjir merupakan salah satu bencana
yang frekuensinya paling besar di Indonesia. Metode TLM (Threshold Level
Method) merupakan metode yang digunakan untuk penentuan atas ambang batas
banjir yang selanjutnya diolah menjadi data jumlah dan lama kejadian banjir serta
jumlah pelampauan debit sungai.
Metode TLM digunakan untuk menentukan ambang batas banjir yang
terjadi di sungai dan input data yang digunakan hanya data rekaman debit pada
periode tertentu. Nilai debit yang melampaui ambang batas dikatakan mengalami
kelebihan air yang selanjutnya dinyatakan sebagai peristiwa banjir. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan ambang batas banjir pada 24 DAS di tiga wilayah
UPT PSDA Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2014 sampai dengan Januari
2015. Studi dilakukan pada 24 DAS di wilayah UPT PSDA Malang, Madiun, dan
Bojonegoro. 24 DAS tersebut yaitu (1) DAS Bacem, (2) DAS Lebaksari, (3) DAS
Jabon, (4) DAS Baros, (5) DAS Temon, (6) DAS Keser, (7) DAS Kebak, (8) DAS
Pundensari, (9) DAS Nambangan, (10) DAS Magetan, (11) DAS Kauman, (12)
Napel, (13) Ngawi, (14) Kedungpring, (15) Ngindeng, (16) Cepu, (17) Setren,
(18) Pejok, (19) Babat, (20) Gandek, (21) Merakurak, (22) Genaharjo, (23)
Singgahan, dan (24) Belikanget. Penentuan ambang batas banjir dengan metode
TLM adalah dengan menggunakan nilai persentil 90 (Q90) dari data rekaman debit
masing-masing DAS yang diamati. Sehingga, kejadian debit yang melampaui
ambang batas yang telah ditentukan akan dikatagorikan sebagai kejadian banjir.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada 24 DAS yang tersebar di
wilayah UPT PSDA Malang, Madiun dan Bojonegoro dengan menggunakan data debit selama 6 tahun diperoleh ambang batas debit banjir yang terbesar adalah
pada DAS Babat sebesar 990 m3/s dan terkecil pada DAS Baros sebesar 0.13
m3/s, sedangkan untuk banyaknya kejadian banjir terbanyak terjadi pada DAS
Kedungpring sebanyak 122 kejadian dan yang paling sedikit pada DAS
Belikanget sebanyak 23 kejadian. Berdasarkan hasil pengamatan kejadian banjir
dengan menggunakan TLM diperoleh karakteristik banjir yaitu pada 24 DAS
yang diamati jika dirata-rata kejadian banjir paling banyak terjadi pada bulan
Februari dan Maret yang selanjutnya di sebut sebagai bulan rawan banjir.
Sedangkan, untuk sebaran kejadian banjir tahunan terbanyak terjadi pada tahun
1998 dan 2001. | en_US |