dc.description.abstract | Pada tahun 1999 telah ditetapkan Standar Nasional Indonesia untuk serat
sabut kelapa, namun kenyataannya SNI tersebut masih belum banyak
diaplikasikan. CV. Tiga Sehati salah satu perusahaan produksi sabut kelapa masih
belum menerapkan pengolahan yang sesuai dengan ketentuan tersebut. Salah satu
upaya untuk meningkatkan kualitas produk coco fiber yaitu dengan
mengidentifikasi penyebab kerusakan yang lebih mendominasi. Dengan
melakukan pengukuran terhadap aspek kadar air, warna, berat dan ukuran
pengemasan, kelembaban ruangan, berat coco fiber di pelabuhan, perlu suatu
pengamatan serta wawancara kepada pihak-pihak yang terkait. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kerusakan yang paling fatal adalah ketidaksesuaian kadar air
coco fiber. Penyebab ketidaksesuaian kadar air dituliskan dalam diagram fishbone.
Ketidaksesuaian kadar air tersebut disebabkan oleh kinerja mandor, operator
mesin, serta teknisi yang kurang optimal, kurangnya pengawasan serta
kemampuan yang dimiliki karyawan, kinerja mesin pengolah kurang optimal,
sanitasi kurang terjaga, pengeringan kurang optimal dan penyimpanan coco fiber
di lantai. Untuk pendistribusian dari CV. Tiga Sehati sampai ke buyer telah
dilakukan kerjasama dengan pihak EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), namun
selama pengiriman sampai di pelabuhan mengalami susut bobot sebesar 13,4%
dan 6,68% (berat melebihi 1000kg). Dari ketidaksesuaian kadar air serta
penyusutan bobot coco fiber, maka CV. Tiga Sehati harus melakukan pengawasan
proses pengolahan dan mesin, pelatihan pekerja, sortasi bahan, perbaikan ruang
penyimpanan, pengemasan yang baik dengan menggunakan bahan kemasan
plastik atau bahan yang sesuai dengan mencantumkan spesifikasi pengemasan dan
lebih teliti lagi dalam proses penimbangan coco fiber untuk meminimalisir
ketidaksesuaian dan penyusutan produk coco fiber. | en_US |