IMPLEMENTASI SISTEM NILAI CACAT (DEFECT SYSTEM) PADA BIJI KOPI ROBUSTA HASIL PROSES PENGOLAHAN KERING DAN SEMI BASAH (STUDI KASUS PENGOLAHAN METODE SEMI BASAH DI JEMBER DAN PENGOLAHAN METODE KERING DI BANYUWANGI DAN MALANG)
Abstract
Hasil penelitian menunjukkan pada sampel biji kopi hasil olah semi basah
di Sidomulyo dari 8 cacat yang mempengaruhi cita rasa, 3 cacat yang paling
banyak ditemukan adalah kulit kopi dengan nilai cacat 18.8, biji hitam dengan
nilai cacat 12 dan kulit tanduk dengan nilai cacat 6.14. Pada sampel biji kopi hasil
olah kering di Kalibaru dari 8 cacat tersebut 3 cacat yang paling banyak
ditemukan adalah kulit tanduk dengan nilai cacat 62,5, biji hitam dengan nilai
cacat 21,33 dan kulit kopi 19,83. Adapun pada sampel hasil olah kering di Dampit
3 jenis cacat paling dominan berupa biji hitam, kulit tanduk 21.1 dan biji
berlubang 9,3. Total nilai cacat kopi sidomulyo berjumlah 49.42 nilai cacat
tersebut lebih rendah dari total nilai cacat di Kalibaru (220.4) dan Dampit
(165.27). Penyebab cacat pada 8 jenis cacat di ketiga sampel adalah mikroba
Hypothemus hampei pada cacat biji berlubang, biji kopi muda disebabkan kopi
gelondong yang tidak seragam tingkat kematangan pada kopi yang diproses, biji
hitam disebabkan buah kopi yang diproses terlalu matang, biji cokelat disebabkan
pengeringan yang kurang baik, biji pecah disebabkan proses hulling yang kurang
baik, biji gelondong disebabkan proses hulling yang kurang baik, kulit tanduk
disebabkan kurang baiknya proses hulling, kulit kopi disebabkan terbawa keluaran
dari proses pulping yang kurang baik. Munculnya cacat pada sampel semi basah
dominan disebabkan variasi bahan baku biji gelondong yang tidak seluruhnya
seragam dan pengolahan yang tidak terstandard, begitu pula yang terjadi pada
sampel hasil olah kering. Adapun penanganan khusus yang bisa dilakukan untuk
biji kopi hasil olah kering adalah peningkatan penanganan sanitasi pengolahan
kopi.