dc.description.abstract | Air minum merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Manusia
modern terutama yang berada di kawasan perkotaan, sebagian besar memilih
untuk mengkonsumsi air minum mineral dalam kemasan, dimana konsumen tidak
perlu lagi memasak terlebih dahulu air minum dalam kemasan (AMDK) tersebut.
Namun demikian, harga jual produk AMDK oleh beberapa orang dinilai masih
terlalu tinggi, oleh karena itu kemudian bermunculan alternatif pengganti AMDK,
yaitu air minum isi ulang (AMIU). Menjamurnya jumlah depo-depo penjual
AMIU ini belum diimbangi dengan kontrol kualitas yang baik.
Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, setiap perusahaan pengolah air
minum isi ulang tersebut berusaha untuk memberikan nilai tambah pada
produknya. Nilai tambah tersebut misalnya dengan kandungan oksigen (O
) yang
lebih tinggi dan adanya proses penyaringannya dengan ozon sehingga dikatakan
lebih steril. Tindakan pemberian nilai tambah ini dilakukan untuk menarik pasar
yang lebih luas dan untuk memberikan ciri pada produk tersebut dibanding
perusahaan lain, sehingga diharapkan dapat memenuhi keinginan konsumen.
Pemberian nilai tambah tersebut harus tidak mengabaikan faktor kualitas
produk. Karena harapan konsumen bukan hanya nilai tambah dari produk, tetapi
juga kualitas yang memuaskan. Untuk mencapai kualitas produk yang dapat
mencapai titik kesalahan nol (
zero defect) tidak dapat terwujud dengan mudah,
namun diperlukan pengawasan kualitas sejak bahan baku, selama proses produksi,
hingga hasil produksi. Pencapaian prestasi hingga terjadi titik kesalahan nol dapat
terwujud jika terdapat kesadaran pada pelaku-pelaku produksi untuk bekerja
menghasilkan produk dengan kesalahan nol. Untuk itu diperlukan metode
manajemen mutu yang mampu memberikan arahan dalam pencapaian kualitas
yang diharapkan. | en_US |