ERENCANAAN MODEL LAYOUT PABRIK PADA PROSES PRODUKSI COCO FIBER (Studi Kasus di CV. Tiga sehati Kecamatan Ledokombo, Kabupaten
Abstract
Besarnya areal kebun kelapa Indonesia tidak diimbangi dengan jumlah produksi
hasil kelapa yang memiliki nilai jual tinggi. Kebutuhan aliran bahan yang baik pada
setiap proses kerja mutlak dibutuhkan sebagai pendorong berjalannya proses kerja yang
baik. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mengevaluasi aktivitas aliran bahan dan
rentang waktu yang dibutuhkan serta menganalisis nilai konstanta transportation cost
dengan software POM QM for Windows untuk mendapatkan nilai konstanta
transportation cost efisien dari nilai konstanta awal sebagai dasar analisis perancangan
model tata letak fasilitas layout alternatif. Metode pengumpulan data berdasarkan
software POM-QM for Windows, diskusi dengan key person, dokumentasi dan studi
pustaka. Data yang dibutuhkan adalah jarak dan laju aliran bahan antar unit, sedangkan
data yang dibutuhkan untuk peta proses aliran bahan adalah waktu tempuh antar unit serta
jumlah kegiatan pada proses pengolahan cocofiber. Setelah didapatkan kebutuhan data,
kemudian dianalisis menggunakan software POM-QM for Windows. Hasil yang
didapatkan berupa nilai konstanta transportation cost sebesar 21033,01 dan tidak jauh
berbeda dengan nilai konstanta transportation cost awal sebesar 21072,65. Dari hasil
analisis software tetap tidak memecahkan masalah yang terjadi di CV. Tiga Sehati, maka
dibutuhkan penambahan alat pengangkut bahan produksi tambahan sebagai alat yang
mampu mereduksi masalah material handling yang terjadi di CV. Tiga Sehati serta
sebagai pendukung tercapainya nilai konstanta transportation cost. Berdasarkan
klasifikasi peralatan material handling, alat pengangkut tambahan yang direncanakan
berupa belt conveyor dan direncanakan meggunakan desain bahan dasar plat besi yang
memiliki nilai ekonomis selama 10 tahun. Dari hasil analisis, belt conveyor ini memiliki
kebutuhan biaya awal sebesar Rp. 341.865.000. Jika dibandingkan dengan proses
pengangkutan manual sebesar Rp. 735.000.000 dengan pengkonversian nilai ekonomis
bahan dasar plat besi selama 10 tahun pula, maka nilai ongkos material handling dapat
ditekan seminimal mungkin jika ditambahkan conveyor. The amount of coconut plantation Indonesia does not offset the amount of
production that has high sales value. The need for good material flow at each work
process is absolutely necessary as a driver passes the good work. The purpose of this
study was conducted to evaluate the activity of the material flow and the required time
frame and analyze the value of the transportation cost constant by POM QM for Windows
software to obtain a constant value of transportation cost efficient than the initial constant
value as the basis for design analysis model of the layout of the alternatives facility
layout. Data collection methods based on software POM-QM for Windows, discussions
with key persons, documentation and literature. The data required is the distance and rate
of flow of material between the units, while the data needed to map the flow of materials
is the travel time between the units and the number of activities in the processing
cocofiber. Having obtained the data needs, and then analyzed using the software POMQM
for
Windows. The results obtained in the form of a constant value of 21033.01 and
the transportation cost is not much different from the initial value of the constant
transportation cost of 21072.65. From the analysis of software still does not solve the
problems occurring in the CV. Tiga Sehati, the conveyance of materials required the
addition of extra production as a tool that is able to reduce material handling problems
that occur in the CV. Tiga Sehati as well as supporting the achievement of a constant
value of transportation cost. Based on the classification of material handling equipment,
additional conveyance belt conveyor in the form of planned receipts and planned the
design of the basic ingredients of steel plate that has economic value for 10 years. From
the analysis, this conveyor belt has a need for the initial cost of 341.865 million rupiahs.
When compared to the manual transport of 735 million rupiahs with the conversion of the
economic value of the basic ingredients of the iron plate for 10 years anyway, then the
value of material handling costs can be kept to a minimum if the conveyor is added.