PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN KULIT UBI KAYU (Manihot esculenta) DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT-SIFAT KERIPIK
Abstract
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman daerah tropik yang
memiliki daya adaptasi pertumbuhan tinggi. Produksi ubi kayu di Indonesia cukup
tinggi yaitu sebesar 112 juta ton/ tahun, dengan luas lahan 1,4 juta hektar maka akan
dihasilkan limbah ubi kayu berupa kulit sekitar 9,52 – 19,04 juta ton/tahun. Selama
ini ubi kayu dimanfaatkan sebagai makanan pokok atau digunakan sebagai bahan
dasar untuk industri tapioka atau tepung. Sedangkan kulit ubi kayu hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan belum ada yang dimanfaatkan menjadi bahan
pangan. Padahal ditinjau dari komposisinya kulit ubi kayu mengandung protein
4,59%, serat kasar (20,97%) dan mineral (5,93%) sehingga hasil olahannya
mempunyai potensi untuk digunakan sebagai pangan fungsional. Keripik merupakan
makanan yang disukai dan telah populer di masyarakat, masa simpannya lama, proses
pembuatannya sangat sederhana dan biaya produksinya rendah. Kulit ubi kayu
mengandung pati yang rendah maka perlu penambahan pati sebagai bahan perekat
agar dihasilkan adonan yang baik. Pati yang ditambahkan adalah tapioka. Namun
penambahan jumlah tapioka ini perlu dibatasi karena kemungkinan akan berpengaruh
terhadap sifat keripik yang dihasilkan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran
kulit ubi kayu dan tapioka terhadap sifat-sifat keripik dan menentukan komposisi
campuran kulit ubi kayu dan tapioka yang tepat untuk menghasilkan keripik dengan
sifat-sifat yang baik dan disukai.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian
(PHP) dan Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian pada bulan April - November. Penelitian ini menggunakan Rancangan
vii
Acak Kelompok dengan 1 faktor dan perlakuan variasi komposisi campuran kulit ubi
kayu dan tapioka yang terdiri dari 5 level yaitu kulit ubi kayu : tapioka (80% :20%;
75% : 25%; 70% : 30%; 65% : 35%; 60% : 40%) dan dilakukan 3 kali ulangan.
Parameter yang diamati meliputi kadar air (Metode Thermogravimetri), daya
kembang, tekstur (dengan Rheotex), warna (dengan Color Reader), higroskopisitas
(Metode Penimbangan), sifat organoleptik: warna, rasa, tekstur, kerenyahan dan
keseluruhan (Uji Kesukaan) dengan penentuan kadar serat untuk keripik hasil
perlakuan terbaik. Perlakuan terbaik ditentukan menggunakan Uji Efektifitas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa komposisi campuran
kulit ubi kayu dan tapioka berpengaruh terhadap kadar air, tekstur, warna, daya
kembang, higroskopisitas, dan sifat organoleptik yang meliputi : warna, rasa, tekstur,
kerenyahan dan keseluruhan. Komposisi campuran kulit ubi kayu dan tapioka 80% :
20% (perlakuan P1) menghasilkan keripik dengan sifat-sifat paling baik dan disukai.
Keripik yang dihasilkan mempunyai kadar air 1,11 %; kadar serat kasar 4,2 %; daya
kembang 0,83 %; nilai warna 63,72; tekstur 970,33 g/mm; higroskopisitas 2,45 %;
dan nilai kesukaan warna; rasa; tekstur; kerenyahan; keseluruhan berturut-turut
adalah 3,40; 3,72 ; 3,88; 3,68; 3,88 (agak suka –suka).