Model Interaksi Protein Koro Kratok (Phaseolus lunatus (L) Sweet) Dengan Gum Xanthan;
Abstract
Dewasa ini produk tambahan makanan sangat beragam. Diketahui bahwa
apabila protein dan polisakarida digabungkan akan membentuk suatu campuran yang
memiliki kestabilan mantap, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan
makanan yang alami. Interaksi protein koro kratok dengan gum xanthan salah
satunya. Gum xanthan merupakan polisakarida anionik, agar terjadi reaksi protein
harus dikondisikan pada muatan positif. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah
dengan menurunkan pH dari protein hingga mendekati titik isoelektriknya. Titik
isoelektrik koro kratok ± 4,5, sehingga pH yang dapat digunakan untuk
menginteraksikan protein koro kratok dengan gum xanthan berada di kisaran pH 3.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sifat fungsional spesifik
antara protein koro kratok dan gum xanthan serta bagaimana pengaruh penambahan
garam (NaCl dan CaCl 2), asam askorbat dan perlakuan pemanasan. Parameter yang
diamati meliputi : analisa kadar protein, viskositas, absorbansi dan perubahan pola
serapan maksimum (absorban spectra) dari koro kratok.
Hasil yang diperoleh pada interaksi dengan jumlah susu koro kratok lebih
sedikit dibandingkan gum xanthan untuk sistem interaksi langsung menunjukkan
bahwa penurunan nilai viskositas terjadi hingga pada rasio protein-gum xanthan 0.56
mg/mg. Setelah rasio protein-gum xanthan 0.56 mg/mg nilai viskositas tidak
menunjukkan perubahan yang begitu besar. Sedangkan nilai absorbansi yang
menunjukkan derajat kekeruhan semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya
rasio protein-gum xanthan. Sedangkan untuk sistem interaksi 24 jam diperoleh bahwa
terjadi penurunan viskositas pada rasio protein-gum xanthan 0.34 – 0.45 mg/mg.
Sedangkan nilai absorbansi semakin meningkat hingga mencapai titik tertinggi pada
x
rasio protein-gum xanthan 0.45 mg/mg, kemudian menurun hingga rasio protein-gum
xanthan 0.78 mg/mg dan meningkat kembali hingga rasio protein 1 mg/mg.
Pada interaksi dengan jumlah susu koro lebih banyak dibandingkan gum
xanthan, penelitian menunjukkan hasil yang sama antara system interaksi langsung
(0) jam maupun system interaksi 24 jam. Kedua perlakuan tersebut menunjukkan
bahwa nilai viskositas cenderung konstan, sedangkan derajat kekeruhan mengalami
penurunan dengan semakin banyaknya susu koro kratok.
Pada interaksi susu protein koro kratok dan gum xanthan dengan penambahan
NaCl didapatkan bahwa nilai viskositas meningkat seiring dengan semakin
bertambahnya konsentrasi NaCl. Sedangkan nilai absorbansi juga mengalami
peningkatan. Pada Interaksi Susu Protein Koro Kratok dan Gum Xanthan dengan
penambahan CaCl 2 didapatkan bahwa viskositas meningkat hingga penambahan
CaCl 2 0.2 N. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan garam meningkatkan
viskositas hingga suatu batasan tertentu. Sedangkan derajat kekeruhan derajat
kekeruhan semakin menurun dengan semakin besarnya konsentrasi CaCl 2.
Pada interaksi susu protein koro kratok dan gum xanthan dengan penambahan
asam askorbat didapatkan bahwa pada penambahan asam askorbat 0-300 ppm nilai
viskositas cenderung konstan. Peningkatan baru terlihat pada penambahan asam
askorbat sebesar 400 ppm. Sedangkan derajat kekeruhan akibat penambahan asam
askorbat menunjukkan nilai yang hampir sama.
Pada interaksi susu protein koro kratok dan gum xanthan dengan perlakuan
pemanasan didapatkan bahwa nilai viskositas tidak menunjukkan perubahan yang
berarti. Pada perlakuan pemanasan ini tidak dilakukan pengukuran derajat kekeruhan,
hanya viskositas saja, hal ini karena derajat kekeruhan pada pengukuran absorbansi
spektrofotometer 500 nm tidak terbaca. Tidak terbacanya absorbansi ini menunjukkan
banyaknya partikel halus yang terbentuk akibat perlakuan pemanasan.