Nilai tambah dan Pemasaran Produk Olahan Tape pada Agroindustri Raja Tape 31 di Kabupaten Bondowoso
Abstract
Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu daerah pengasil berbagai
macam komoditas pangan salah satunya ubi kayu. Kabupaten Bondowoso
merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki agroindustri produksi tape terbaik
dengan bahan baku dari singkong, dikenal dengan sebutan “Kota Tape” karena
memiliki cita rasa tersendiri seperti tape berwarna kuning dengan rasa yang legit
dan manis. Salah satu kelurahan yang memproduksi oalahan tape di Kabupaten
Bondowoso yaitu kelurahan Nangkaan. Banyaknya bahan baku singkong yang
sangat melimpah, harga singkong maupun tape masih sangat murah di Kabupaten
Bondowoso menjadikan pelaku usaha melakukan deversivikasi produk tape
menjadi dodol tape dan pia tape. Salah satu pelaku usaha yang mengelola produk
oalahan tape yaitu Agroindustri Raja Tape 31.
Agroindustri Raja Tape 31 sudah berdiri lama namun hingga saat ini
kondisi usaha masih sangat sederhana, hal ini dapat dilihat dari tempat produksi
yang bersekala rumahan serta peralatan yang digunakan masih sederhana. Dalam
aspek keuangan, Agroindustri Raja Tape 31 belum adanya pencatatan laporan
keuangan secara lengkap dan terperinci karena terkadang tidak melakukan
pencatatan secara rutin mengenai laporan keuangan dari proses produksi yang
dilakukan serta pencataan proses penjualan. Agroindustri Raja tape 31 juga
memiliki kendala dalam proses produksi dimana saat ini sulitnya memperoleh
bahan baku singkong. Harga bahan baku yang sekarang mahal dan terkadang
mengalami perubahan sewaktu-waktu, seperti halnya juga perubahan harga pada
singkong, tepung dan lain-lain. Perubahan yang pernah dialami oleh Agroindustri
Raja Tape 31 yaitu kenaikan harga bahan baku singkong sebesar 50%, harga
bahan baku singkong sebelum terjadi kenaikan pada tahun 2022 yaitu sebesar Rp.
2,500 hingga 3.500 akan tetapi pada tahun 2022 singkong mengalami kenaikan sebesar Rp.5.000. Penurunan jumlah produksi dodol tape dan pia tape sejak 2
tahun terakhir akibat adanya pandemi covid-19. Oleh karena itu, dilakukan
analisis volume penjualan untuk mengetahui jumlah penjualan yang dilakukan
oleh Agroindustri Raja Tape 31 dalam 2 tahun terakhir, sedangkan analisis nilai
tambah dilakukan untuk mengetahui nilai suatu produk olahan tape yang telah
melalui proses pengolahan apakah menguntungkan atau tidak dan pada saluran
dan margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui alur pemasaran produk yang
di pasarkan serta mengetahui harga yang diterima oleh agen dan juga konsemen.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) Volume penjulan dodol tape dan
pia tape pada agroindustri Raja Tape 31 di Kabupaten Bondowoso, (2) Nilai
tambah pada pengolahan dodol tape dan pia tape pada agroindustri Raja Tape 31
di Kabupaten Bondowoso, (3) saluran dan margin pemasan dodol tape dan pia
tape pada agroindustri Raja Tape 31 di Kabupaten Bondowoso. Tempat penelitian
bertepat di Jl. Bringpol Sudarlan, Nangkaan Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini
menggunakan metode pengambilan sampel yaitu metode purposive sampling
(Produsen) dan (lembaga pemasaran yang terlibat). Metode analisis data
menggunaakan analisis deskriptif statistik, analisis nilai tambah, analisis saluran
dan margin pemasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Volume penjualan Agroindustri
Raja Tape 31 pada penelitian ini menyatakan bahwa terjadi fluktuasi jumlah
penjualan saat terjadinya PSBB akibat adanya covid-19. Adanya covid-19
mengakibatkan Agroindustri Raja Tape 31 mengalami fluktuasi penjualan dan
penurunan penjualan dodol tape dan pia tape sebesar 25-30%. (2 )Nilai tambah
pada produk olahan tape Agroindustri Raja Tape 31 memberikan nilai tambah
positif dimana VA > 0. Nilai tambah dodol tape sebesar Rp.6.471,75/kg bahan
baku tape dan tepung dengan rasio nilai tambah sebesar 18,34%. Sedangkan nilai
tambah pia tape sebesar Rp.46.202,61/kg bahan baku tape dan tepung dengan
rasio nilai tambah sebesar 40,62%. Pia tape memiliki nilai tambah yang lebih
besar dari pada dodol tape, dimana dalam 8 kilogram bahan baku pia tape mampu
menghasilkan output sebanyak 22,75 kilogram. Sedangkan bahan baku dodol tape
yang digunakan sebanyak 8,5 kilogram dengan perolehan output dodol tape sebanyak 11,4 kilogram. Sehingga harga pia tape lebih tinggi dari pada dodol
tape. (3) Terdapat dua pola saluran pemasaran produk dodol tape dan pia tape
pada Agroindustri Raja Tape 31 di Kabupaten Bondowoso yaitu : a. Saluran
pemasaran I (Tingkat nol) : Produsen – Konsumen. b. Saluran pemasaran II
(Tingkat satu) : Produsen – Pedagang pengecer – Konsumen. (4) Margin saluran
pemasaran I dodol tape sebesar 0 dan saluran pemasaran tingkat II dodol tape
sebesar Rp. 2.000 dengan distribusi untuk share keuntungan 45,00% dan biaya
9,00%. Margin saluran pemasaran I pia tape sebesar 0 dan saluran pemasaran II
sebesar Rp.3000 dengan distribusi share keuntungan 63,33% dan biaya 12,67%.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4245]