Penerapan Sistem Monitoring dan controlling Pengeringan pada Mesin Multi Seed Smart Dryer (Mssd)
Abstract
Pengeringan bahan pertanian adalah kegiatan pasca panen yang banyak
dilakukan untuk mengeringkan biji – bijian menggunakan sistem pengeringan
secara manual. Namun, pengeringan manual ini masih kurang efektif dilakukan
karena membutuhkan cuaca yang normal, tenaga kerja, dan lahan terbuka yang
cukup untuk proses pengeringan. Sehingga, perlu dilakukan pengembangan sistem
pengeringan yang lebih efektif seperti mesin Multi Seed Smart Dryer (MSSD).
Sistem pengeringan MSSD menggunakan sistem rak yang disusun secara bertingkat
dengan memanfaatkan lampu pijar sebagai panas utama yang dialirkan secara
konveksi dengan arah horizontal melalui blower. Mesin MSSD dilengkapi dengan
sistem monitoring dan controlling secara manual dan otomatis untuk pemantauan
proses pengeringan. Sehingga, tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk
menerapkan sistem monitoring dan controlling pengeringan menggunakan Blynk.
Pengaturan sistem monitoring dan controlling dilakukan dengan software
Blynk menggunakan widget sebagai media pemantauan perubahan suhu dan
kelembapan dan otomatisasi relay selama proses pengeringan. Perubahan suhu dan
kelembapan dibaca menggunakan sensor DHT 22 yang mengirimkan data secara
digital pada Blynk. Sistem bekerja dengan perintah pada pemrograman phyton
menggunakan Real VNC Viewer untuk mengakses Raspbery PI. Penelitian diawali
dengan pengujian mesin dengan mengeringkan benih menggunakan sistem manual
untuk kinerja mesin dalam mengeringkan benih jagung, kacang tanah, dan kedelai.
Data yang dihasilkan akan diolah menggunakan Microsoft Excel untuk
menunjukkan perubahan suhu dan kelembapan serta lama pengeringan benih
Jagung, Kacang Tanah, dan Kedelai. Selanjutnya, dilakukan pengaturan Blynk
dengan menempatkan widget dan mengatur otomatisasi mesin.
Pengamatan dihasilkan pada pengeringan yang memiliki lama pengeringan
pada jagung selama 29 jam dengan frekuensi pembalikan untuk meratakan hasil
pengeringan selama 12 jam sekali. Sementara itu. pengeringan pada kacang tanah
memiliki lama pengeringan 22 jam dengan frekuensi pembalikan setiap 8 jam
sekali. Pengeringan kedelai memiliki lama pengeringan sebesar 37 jam dengan
frekuensi pembalikan selama 8 jam sekali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
suhu yang lebih tinggi dihasilkan pada sensor yang diletakkan sebelah kiri yang
berdekatan dengan sumber panas. Sementara distribusi kelembapan dihasilkan
dengan penurunan kelembapan paling tinggi pada sensor yang diposisikan lebih
dekat dengan sumber panas.
Pengaturan sistem monitoring dilakukan pada web console untuk mengatur
data stream dengan menempatkan parameter suhu pada setiap virtual Pin di dalam
Blynk. Sementara itu, widget switch digunakan untuk mengontrol relay dalam
melakukan On dan Off mesin selama proses pengeringan. Pengaturan widget
dilakukan untuk memantau perubahan data didalam software selama pengeringan.
Selanjutnya datastream dihubungkan pada smartphone yang memungkinkan
pemantauan dari jarak jauh. Sistem diprogram dengan bahasa phyton untuk
memberikan perintah pada Sensor DHT 22 mengirimkan data secara digital pada
Blynk. Sistem bekerja dengan otomatisasi mesin melalui pengaturan treshold untuk
menghidupkan dan mematikan mesin secara otomatis ketika suhu mencapai
ambang batas suhu yang diatur pada pemrograman. Sistem menunjukan distribusi
suhu dan kelembapan ruang pengeringan dari masing masing sensor DHT 22 yang
ditempatkan sebanyak sembilan sensor pada posisi yang berbeda.