dc.description.abstract | Produksi Apel di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 481.372 ton, mengalami
kenaikan pada tahun 2020 sebesar 516.531 ton, akan tetapi pada tahun 2021 produksi
Apel di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,35% yakni menjadi 509.544 ton.
Penurunan produksi Apel dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti fisik, kimiawi
dan biologis sehingga menyebabkan buah Apel memiliki umur simpan yang relatif
pendek. Cara untuk memperpanjang daya simpan buah dan sayuran pada prinsipnya
ada tiga, yaitu menunda proses kematangan, memperlambat penguapan dan respirasi,
serta membunuh atau mencegah perkembangan organisme pembusuk.
Pelapisan edible coating pada buah dan sayur merupakan salah satu Upaya
dalam memperpanjang umur simpan produk pertanian dengan tujuan memperlambat
respirasi dan transpirasi yang terjadi pasca panen. Pelapisan edible coating pada buah
atau sayur juga dapat membantu menurunkan kontaminasi mikroba, menjaga
komposisi kimia, dan mengurangi risiko cedera mekanis saat produk diangkut dan
disimpan. Edible coating dapat berasal dari bahan baku yang mudah diperbaharui
seperti campuran lipid, polisakarida, dan protein, yang berfungsi sebagai barier uap
air, gas, dan zat-zat terlarut lain serta berfungsi sebagai carrier (pembawa) berbagai
macam ingredient seperti emulsifier, antimikroba dan antioksidan. Produksi edible
coating tidak lepas dari penggunaan plasticizer. Gliserol efektif digunakan sebagai
plasticizer pada hidrofilik film, karena mampu menghasilkan film yang lebih fleksibel
dan halus. Penggunaan agar-agar dari rumput laut yang dikombinasikan dengan
gliserol dapat menghasilkan edible film yang kuat dan elastis, dan mempunyai sifat
penghambat yang bagus terhadap uap air.
Pengaplikasian edible coating pada penelitian ini menggunakan bahan utama
selulosa asetat ampas rumput laut dan gliserol untuk menghambat proses respirasi dan
transpirasi yang terjadi pada Apel Anna. Penggunaan selulosa ampas rumput laut
dikarenakan ampas rumput laut memiliki kandungan selulosa yang cukup besar yakni
sebesar 17,47%, dengan kandungan selulosa tersebut ampas rumput laut memiliki
potensi sebagai bahan baku pembuatan edible coating. Tujuan dilakukan penelitian ini
adalah mengetahui dan mengevaluasi konsentrasi terbaik kualitas edible coating pada
Apel Anna serta mengetahui pengaruh pelapisan edible coating berbasis selulosa asetat
ampas rumput laut dan gliserol pada karakteristik fisikokimia Apel Anna. Penelitian
ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2
faktor yakni konsentrasi selulosa ampas rumput laut (2; 3; dan 4%) dan konsentrasi
gliserol (3; 4,5; dan 6 %). Pada setiap perlakuan ditambahkan CMC dan Kitosan yang
berfungsi sebagai pengikat selulosa asetat ampas rumput laut. Tahapan pembuatan
edible coating ini dimulai dengan proses ekstraksi selulosa ampas rumput laut, sintesis
selulosa asetat ampas rumput laut, pembuatan edible coating yang terakhir yakni
pengaplikasian edible coating pada apel anna. Pengujian yang dilakukan pada
penelitian ini yakni uji susut bobot, TPT, laju respirasi, gula pereduksi dan parameter
warna. Pengamatan apel anna dilakukan sebanyak 4 kali yakni pada hari ke- 0, 5, 10
dan 15. Penentuan perlakuan terbaik dilakukan menggunakan metode tabulasi dengan
mempertimbangkan nilai terbaik pada setiap uji.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diketahui perlakuan terbaik terdapat
pada perlakuan konsentrasi selulosa dan gliserol 2:3% (A1B1). Pada perlakuan
tersebut didapatkan bahwa nilai susut bobot akhir sebesar 10,90%, nilai Total Padatan
Terlarut sebesar 13,330Brix, nilai gula pereduksi sebesar 261,995µg/ml, nilai warna
L* sebesar 65,50, nilai warna a* sebesar 13,13, nilai warna b* sebesar 7,07. Pada
perlakuan konsentrasi selulosa dan gliserol 2:3% (A1B1) dapat menghambat
terjadinya puncak respirasi pada Apel Anna yakni terjadi pada hari ke-10 dengan laju
respirasi sebesar 0,1539 CO2/g/jam. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa
penggunaan edible coating mampu menjaga kualitas Apel Anna. | en_US |