Penentuan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Bedadung Ruas Kaliwates Berdasarkan Persebaran Agroindustri Menggunakan QUAL2KW
Abstract
Kabupaten Jember merupakan salah satu penyumbang perkembangan
UMKM di Indonesia. Berdasarkan data Diskopukm Jawa Timur (2018),
Kabupaten Jember memiliki 365.192 unit UMKM di bidang pertanian. UMKM
berbasis agroindustri sangat berkembang pesat setiap tahunnya. UMKM
Agroindustri berperan dalam mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan
yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Jember No. 1 Tahun 2015, Kecamatan Kaliwates merupakan PKW
(Pusat Kegiatan Wilayah) dengan salah satu fungsi utama sebagai pusat
perdagangan dan jasa. Kecamatan Kaliwates merupakan salah satu daerah yang
dilalui oleh Sungai Bedadung. Sungai ini merupakan sungai utama di Kabupaten
Jember yang biasa digunakan sebagai intake PDAM dan memenuhi kebutuhan
rumah tangga (mencuci, mandi, dan lain-lain). Berdasarkan data Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro (2022), Kecamatan Kaliwates memiliki 53 unit UMKM dengan
jenis usaha produksi. Jenis usaha produksi ini umumnya akan menghasilkan
limbah berupa limbah padat dan cair.
Limbah merupakan sisa buangan dari proses produksi industri maupun
rumah tangga. Adanya limbah di suatu tempat akan menyebabkan pencemaran
pada lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis dan cenderung merugikan
(Wijiyanti, 2009). Air limbah yang di alirkan langsung ke sungai akan
menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Berdasarkan penelitian Novita dkk.
(2022), kualitas air Sungai Bedadung di Kecamatan Patrang – Kaliwates
Kabupaten Jember memiliki rata-rata nilai pencemar BOD dan COD sebesar 26
mg/L. Berdasarkan hasil tersebut, Sungai Bedadung belum sesuai dengan baku
mutu air kelas I dan II.
Metode analisis pada penelitian ini menggunakan pemodelan QUAL2KW
untuk menentukan beban pencemaran Sungai Bedadung dengan 4 simulasi.
Simulasi 1 digunakan untuk mengetahui beban pencemaran maksimal sesuai baku
mutu air kelas I, simulasi 2 digunakan untuk mengetahui beban pencemaran
maksimal sesuai baku mutu air kelas II, simulasi 3 digunakan untuk menentukan
beban pencemaran mengunakan beban pencemar UMKM, dan simulasi 4
digunakan untuk hasil penurunan beban pencemar agar sesuai dengan baku mutu
air kelas I. Perhitungan daya tampung beban pencemaran sungai akan
menggunakan simulasi 1, 2, 3, dan 4 dengan simulasi 1 dan 2 sebagai beban
pencemaran maksimal dan simulasi 3 dan 4 sebagai beban pencemaran aktual.
Penentuan beban pencemaran pada simulasi 1 menghasilkan beban
pencemaran maksimum TSS, BOD, dan COD pada simulasi 1 berada di Segmen 2
yaitu 7278,682 kg/hari; 365,016 kg/hari; dan 1828,191 kg/hari. Simulasi 2
menghasilkan beban pencemaran maksimum TSS, BOD, dan COD pada segmen 2
yaitu 7568,640 kg/hari; 546,983 kg/hari; dan 4557,697 kg/hari. Kemudian pada
simulasi 3 beban pencemaran maksimum yang dihasilkan pada parameter TSS,
BOD, dan COD berurutan yaitu 6577,104 kg/hari; 381,693 kg/hari; dan 1891,404
kg/hari. Penyebab dari tingginya beban pencemar pada segmen 2 dan 3 ini terjadi
karena adanya akumulasi debit dan konsentrasi pencemar yang tinggi dari point
source 1 dan 2. Pada simulasi 4 dilakukan penurunan beban pencemar sehingga
diperoleh beban pecemar maksimum sebesar 6371,010 kg/hari TSS, 357,790
kg/hari BOD, dan 1828,191 kg/hari COD.
Berdasarkan hasil tersebut selanjutnya dilakukan penentuan daya tampung
beban pencemar. Hasil daya tampung beban pencemaran Sungai Bedadung ruas
Kaliwates pada simulasi 3 menunjukkan defisit pada segmen 2 dan 3. Pada
segmen 2 daya tampung BOD dan COD sebesar -16,68 kg/hari dan -63,21 kg/hari.
Sedangkan pada segmen 3 menunjukkan daya tampung beban pencemar sebesar
-522,19 kg/hari parameter TSS, -12,65 kg/hari parameter BOD, dan -29,40
parameter COD jika menggunakan baku mutu air kelas I. Kemudian pada simulasi
4 Sungai Bedadung ruas Kaliwates dapat menampung beban pencemaran
pencemar sebesar 135,52 kg/hari TSS; 18,89 kg/hari BOD; dan 124,92 kg/hari
COD pada segmen 3 dan pada segmen 2 sebesar 7,23 kg/hari BOD dan 20,76
kg/hari COD.