Klasifikasi Mutu Biji Kedelai (Glycine max L.) Menggunakan Pengolahan Citra Digital Berbasis Jaringan Syaraf Tiruan
Abstract
Kedelai atau dengan nama latin (Glycine max L.) adalah salah satu
tanaman pangan utama di Indonesia setelah beras dan jagung. Hampir semua
penduduk Indonesia menyukai makanan yang terbuat dari kedelai sebagai bahan
baku utamanya. Pemutuan biji kedelai masih dilakukan secara manual di
Indonesia, menggunakan mata manusia dengan memperhatikan bentuk, warna,
dan ukuran. Hal ini memiliki kelemahan, yaitu penilaian tidak objektif serta tidak
konsisten karena keterbatasan visual, keterampilan, kejenuhan, dan kelelahan.
Adapun teknologi yang dapat diterapkan adalah pengolahan citra digital
dengan bantuan jaringan syaraf tiruan yang dapat melakukan pengenalan pola
pemutuan biji kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah
program pemutuan biji kedelai yang lebih baik dengan menggunakan pengolahan
citra digital berbasis jaringan syaraf tiruan. Sehingga pemutuan biji kedelai
memiliki tingkat keseragaman dan tingkat kesalahan yang rendah.
Penelitian dimulai dengan mempersiapkan data citra menggunakan kamera
CCD. Sampel training biji kedelai berjumlah 2.100 yang ditentukan berdasarkan
jumlah tiga kelas mutu yang terdiri dari kelas mutu super, kecil, dan reject.
Masing-masing sampel training kelas mutu berjumlah 700 butir kedelai. Adapun
sampel validasi berjumlah 600 yang terdiri dari 200 butir setiap kelas mutu yang
digunakan untuk validasi program pengolahan biji kedelai.
Variabel mutu kedelai meliputi parameter seperti ukuran, bentuk, warna
dan cacat. Variabel-variabel mutu ini memiliki hubungan dengan variabelvariabel mutu citra yang akan dianalisis. Variabel mutu citra dalam penelitian ini
terdiri dari area, tinggi, lebar, perimeter, indeks warna red, indeks warna green,
indeks warna blue, dan area cacat. Seluruh variabel ini dianalisis menggunakan
grafik boxplot, yang memberikan gambaran tentang korelasi antara variabel mutu
kedelai dengan variabel mutu citra. Variabel kualitas citra tersebut dijadikan
sebagai input dalam training jaringan syaraf tiruan. Terdapat enam variasi
jaringan syaraf tiruan yang memiliki node lapisan tersembunyi yang digunakan
adalah 10, 15, dan 20 node dengan normalisasi data input menggunakan metode
minmax dan z-score.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jaringan syaraf tiruan yang
memiliki nilai MSE rendah dalam proses training digunakan sebagai arsitektur
jaringan terbaik. Dimana variasi terbaik yang diperoleh adalah variasi jaringan
syaraf tiruan dengan jumlah node lapisan tersembunyi sebanyak 15 node dengan
normalisasi data input menggunakan metode z-score. Setelah diketahui variasi
jaringan syaraf tiruan terbaik, selanjutnya dilakukan integrasi dengan program
pengolahan citra kedelai. Setelah dilakukan integrasi, dilakukan pengujian
program menggunakan sampel citra data testing. Hasil dari pengujian dianalisis
menggunakan tabel confussion matrix untuk mengetahui tingkat akurasi program
pemutuan biji kedelai. Validasi program pemutuan biji kedelai menggunakan
tabel confussion matrix menghasilkan tingkat akurasi total sebesar 86,10%.