Pengaruh Ekstrak Daun Melinjo (Gnetum gnemon Linn.) Terhadap Perilaku dan Aktivitas Makan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Abstract
Hama merupakan serangga yang berpotensi sebagai perusak bagi tanaman
budidaya yang mengakibatkan kerugian terhadap hasil produksi. Kerugian akibat
aktivitas serangga hama dapat menimbulkan kerugian baik secara ekonimis dalam
agroekosistem yang dapat merusak secara langsung maupun tidak langsung
(Azwin dkk, 2022). Misalnya yaitu ulat grayak (Spodoptera litura) yang
merupakan salah satu hama penting pada pertanaman kedelai. Larva ulat grayak
memakan daun tanaman kedelai dan membentuk lubang-lubang daun berukuran
besar (Zahro’ dkk, 2020). Insektisida nabati dapat digunakan sebagai alternatif
untuk pengendalian hama maupun penyakit dengan menggunakan tumbuhan yang
berpotensi yang tumbuh di alam, dan memiliki bahan aktif yang dapat membunuh
serangga hama. Daun melinjo mengandung senyawa bioaktif resveratrol yang
dapat bersifat insektisida dan penghambat aktivitas makan yang berupa racun
kontak dan racun perut (Fauzana dkk. 2018). Menurut (Setiawan dan Widianti,
2018), daun melinjo mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.
Menurut hasil penelitian Sari (2018), kombinasi ekstrak daun melinjo dan daun
sirsak menunjukkan nilai hambatan makan tertinggi pada konsentasi 15% dan
20% dengan rata-rata presentase hambatan makan sebesar 77,60% dan 72,57%.
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang
terdiri dari 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan 5%, 10%, 15%, 20%, 25%. Jumlah
larva perunit pengujian menggunakan 15 ekor larva, dengan berat daun per
perlakuan 10 g. Variabel pengamatan antara lain aktivitas makan larva Spodoptera
litura yang diamati melalui berat dan luas daun yang dimakan, luas daun diukur
menggunakan aplikasi Petiole: Plant Leaf Area Meter versi 5.0.0 (Petiole LTD).
Lethal Time (LT50), mortalitas larva dan perilaku larva uji. Data hasil
pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA. Jika
terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% menggunakan SPSS 25.
Setelah larva instar tiga dimasukkan kedalam wadah pengamatan berisi daun
sesuai perlakuan, awalnya larva mencoba untuk memakan daun tersebut, setelah
beberapa waktu larva mulai gelisah dan naik keatas menghindari pakan. Larva
yang berada diatas tubuhnya lentur, memanjang dan terlihat lemas. Pada kontrol,
larva memakan daun seperti biasanya dan tetap berada pada daun. Hal tersebut
menunjukkan adanya senyawa penghambat makan, sehingga larva uji tidak
langsung mati melainkan aktivitas makannya menurun. Perlakuan dengan
konsentrasi tertinggi yaitu 25% menunjukkan aktivitas makan terendah
dibandingkan perlakuan lainnya dilihat dari bobot konsumsi pakan dan luas daun
yang dimakan. Mortalitas maksimal diperoleh pada perlakuan P4 dan P5 yaitu
sebesar 100%, dengan gejala kematian larva mengerut dan tubuhnya berwarna
hitam. Perlakuan terbaik dengan nilai LT50 terendah ditunjukkan pada
konsentrasi 25% yaitu selama 6,87 hari. Perilaku dan aktivitas makan larva yang
menurun disebabkan karena adanya senyawa aktif dari ekstrak daun melinjo yang
masuk kedalam tubuh serangga antara lain, senyawa tannin merupakan senyawa
polifenol yang dapat mengganggu aktivitas enzim pencernaan serangga sehingga
menyebabkan diare, saponin bersifat racun yang dapat menghambat hormon pada
otak, hormon pertumbuhan dan hormon edikasi (Kartina dkk, 2019), senyawa
flavonoid dapat menimbulkan penurunan fungsi saraf, akibatnya larva tidak dapat
bernafas dan akhirnya mati (Safirah dkk, 2016).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]