Deteksi Aroma Bakso Sapi dan Bakso Babi Menggunakan Electronic Nose Berbasis Sensor MQ 8 dan MQ 135 Pada Berbagai Tingkat Suhu Pemanasan
Abstract
Penelitian ini terdiri dari empat tahapan. Tahapan pertama yaitu
pembuatan bakso sapi. Tahap kedua yaitu, preparasi sampel bakso sapi dan bakso
babi. Tahap ketiga, persiapan alat electronic nose dan deteksi aroma bakso sapi
dan bakso babi sesuai perlakuan. Tahap terakhir yaitu analisis data secara
deskriptif menggunakan statistik parametrik dengan rata-rata (mean). Dilanjutkan
dengan analisis perbedaan ragam aroma bakso sapi dan bakso babi menggunakan
Principal Component Analysis (PCA).
Hasil analisis data ditampilkan secara deskriptif dalam bentuk grafik. Pada
uji pola kinerja e-nose melihat konsentrasi gas pada saat flushing, sensing, dan
cleaning. Selain itu, dilakukan analisis deteksi aroma bakso sapi dan bakso babi
dengan grafik radar untuk melihat perbedaan pola bakso sapi dan bakso babi.
Selanjutnya menentukan suhu optimal yaitu dengan menganalisis respon sensor
yang dihasilkan, sensor yang digunakan yaitu sensor MQ 8 dan MQ 135.
Konsistensi dan perubahan pola terbentuk dari respon sensor pada tiap perubahan
suhu dibandingkan agar diperoleh suhu pemanas optimal. Sampel terukur
divariasi suhu (40 – 120 °C) sehingga dihasilkan respon sensor dengan pola
teramati. Setelah suhu optimal diperoleh selanjutnya bakso sapi dan bakso babi
dengan total 54 sampel diukur aromanya dengan e-nose. Hasil klasifikasi dengan
metode PCA sebagai bukti optimasi suhu pemanasan sampel berhasil dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa e-nose
memiliki uji kinerja yang baik, karena dapat membedakan pola aroma sensing,
flushing, dan cleaning, sehingga dapat dilakukan pengolahan dan analisis lebih
lanjut. Selanjutnya melihat pola aroma pada bakso sapi dan bakso babi, sensor enose menghasilkan nilai respons yang lebih tinggi pada pengujian bakso babi
dibandingkan pada pengujian bakso sapi. Hal ini dapat dilihat pada pola grafik
radar yang dihasilkan untuk bakso babi menunjukkan area grafik yang lebih luas
dibandingkan area grafik untuk bakso sapi. Selanjutnya suhu optimum pada enose ditunjukkan pada sensor MQ 8 dan MQ 135 optimal pada suhu 100 0C.
Kemudian dari suhu optimum digunakan untuk analisis ragam dengan PCA
sampel bakso sapi dan bakso babi dapat diklasifikasi hingga 98% total varian
data. Kumpulan (cluster) titik-titik data untuk sampel bakso sapi dapat terpisah
dengan kumpulan titik-titik data untuk sampel bakso babi. Hal ini
mengindikasikan e-nose terbukti mampu mengklasifikasikan sampel bakso babi
dan bakso sapi sesuai korelasinya.