Pengaruh Konsentrasi Hormon Bap (6-Benzylaminopurine) Terhadap Multiplikasi Tunas dan Pertumbuhan Planlet serta Aklimatisasi Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin Benth.)
Abstract
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang banyak diminati oleh pasar nasional maupun
internasional. Minyak atsiri yang biasa disebut patchouli alchohol biasa digunakan
sebagai bahan campuran dalam industry parfum karena bersifat fiksatif. Selain itu,
pemanfaatan minyak nilam juga dikembangkan di dunia Kesehatan serta industri
lainnya. Produktivitas tanaman nilam di Indonesia cenderung fluktuatif, hal ini
dikarenakan kurangnya areal lahan dan ketersediaan bibit unggul tanaman nilam
yang dimiliki oleh para petani. Perbanyakan tanaman nilam secara konvensional
dilakukan dengan cara stek batang. Namun, cara ini dianggap rentan terhadap
serangan patogen yang menyebabkan kualitas nilam yang dihasilkan kurang baik.
Pendekatan kultur jaringan merupakan suatu metode alternatif perbanyakan
tanaman nilam yang dapat dilakukan untuk menghasilkan bibit tanaman nilam
dengan jumlah yang banyak, seragam, serta cepat. Keberhasilan perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan ini dipengaruhi beberapa hal seperti kesesuaian
media kultur dan penggunaan konsentrasi hormon yang sesuai. Salah satu hormon
yang dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman yaitu BAP (6-
benzylaminopurine) yang termasuk kedalam golongan sitokinin. Konsentrasi
hormon yang digunakan adalah (0,25; 0,50; 0,75; 1,0; 1,25; 1,50) mg/L.
Berdasarkan penelitian terdahulu, pemberian hormon BAP sebanyak 0,5 mg/L
dapat menghasilkan 78 tunas per eksplan setelah 30 hari. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh dan konsentrasi terbaik untuk pengaplikasian
hormon BAP pada eksplan daun tanaman nilam terhadap multiplikasi tunas dan dan
pertumbuhan planlet tanaman nilam.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Program Studi
Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Penelitian ini menggunakan
Rancangan acak lengkap (RAL) faktor tunggal. Setiap perlakuan diulang sebanyak
empat kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Parameter pengamatan yang
diambil terdiri dari waktu kedinian tunas, jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah akar,
panjang akar, dan jumlah planlet. Analisis data yang dilakukan dengan
menggunakan ANOVA dan apabila berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut
DMRT dengan taraf kesalahan 5%. Analisis data kualitatif yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil analisis
sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sangat nyata terhadap
parameter waktu kedinian tunas, jumlah tunas, tinggi tunas, dan jumlah planlet yang
dihasilkan. Perlakuan terbaik yang dihasilkan adalah dengan penggunaan hormon
BAP 0,25 mg/L karena menghasilkan kedinian tunas tercepat yang diikuti jumlah
tunas yang banyak, tinggi tunas tertinggi, serta jumlah planlet terbanyak jika
dibandingkan dengan perlakuan lainnya
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]