Uji Kualitas Pupuk Organik Cair Kotoran Sapi dengan Beberapa Bioaktivator terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.)
Abstract
Bawang merah merupakan salah satu produk pertanian yang dapat
mengakibatkan inflasi karena tingkat permintaan yang tinggi. Konsumsi bawang
merah meningkat 8,5% per tahun sebaliknya penurunan luas panen di Indonesia
sebesar 0,59% per tahun. Nilai ekonomi bawang merah yang tinggi menjadikan
bawang merah di budidayakan secara intensif pada beberapa daerah sehingga lahan
pertanian digunakan secara terus-menerus. Pupuk organik menjadi salah satu solusi
untuk mempertahankan kesuburan tanah dalam jangka panjang. Pupuk organik saat
ini banyak diproduksi dalam bentuk cair karena pupuk cair lebih mudah bereaksi
dan OH yang terkandung lebih dapat tersedia. Salah satu bahan yang mudah
didapatkan untuk pembuatan pupuk organik cair yaitu kotoran sapi. Kotoran sapi
dipilih karena satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,5 kg kotoran dalam
satu hari serta mengandung 80% air, 16% bahan organik, 0,3% nitrogen, 0,2%
P2O5, 0,15% K2O, dan 0,2% CaO, akan tetapi kotoran sapi memiliki waktu
pengomposan yang lebih lama dibandingkan bahan organik lainnya karena
kandungan seratnya yang tinggi. Beberapa jenis bioaktivator memiliki kandungan
mikroorganisme pengurai yang berbeda serta fungsinya yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
kualitas terbaik pupuk organik cair kotoran sapi dari beberapa bioaktivator serta
untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 11 Maret 2022 – 29 November 2022
bertempat di lahan budidaya Kabupaten Lamongan. Penelitian disusun
menggunakan RAK Faktorial yang terdiri dari 20 kombinasi perlakuan dengan 3
ulangan yang terdiri dari dua taraf. Taraf pertama adalah jenis-jenis bioaktivator
yang terdiri dari 5 jenis yaitu tanpa bioaktivator (B0), Em4 (B1), BRE4 (B2), PAZ’s
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER
viii
(B3), dan Mol rumen (B4). Taraf kedua adalah konsentrasi pupuk organik cair
untuk diujikan ke tanaman yang terdiri dari 4 konsentrasi hanya pupuk dasar (K0),
20 ml/Liter (K1), 40 ml/Liter (K2), dan 60 ml/Liter (K3). Data penelitian dapat
dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf 5%.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan bioaktivator membantu
meningkatkan kualitas pupuk organik cair kotoran sapi karena pada parameter N
total dan pH sudah memenuhi kualitas Permentan, akan tetapi belum memenuhi
standar minimun pada C organik dan rasio C/N. Hal tersebut dikarenakan
penambahan air yang terlalu banyak sehingga pupuk organik cair terlalu encer.
Nilai C/N rasio yang semakin rendah menandakan bahwa jumlah nitrogen dalam
pupuk lebih tersedia sehingga mudah diserap tanaman.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan jenis
bioaktivator dan konsentrasi pupuk organik cair yang diaplikasikan ke tanaman
berbeda tidak nyata pada semua variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah
helai daun, volume akar, jumlah umbi, diameter umbi, berat basah umbi, dan berat
kering umbi. Pengaruh utama jenis bioaktivator juga menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata pada semua variabel pengamatan. Pengaruh utama konsentrasi pupuk
organik cair kotoran sapi menunjukkan pengaruh berbeda sangat nyata pada
variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah helai daun, volume akar, diameter
umbi, dan berat kering umbi. Variabel jumlah umbi menunjukkan hasil berbeda
nyata pada Pengaruh utama konsentrasi pupuk organik cair kotoran sapi dan berat
basah umbi menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Konsentrasi pemberian pupuk
organik cair kotoran sapi terbaik yaitu 60 ml/liter dengan nilai tertinggi pada tinggi
tanaman 15.81 cm, jumlah helai daun 10-11 helai, volume akar 10.96 ml, diameter
umbi 1.86 cm, jumlah umbi 38-39 umbi/plot, dan berat kering umbi 17.89 gram.
Perhitungan koefisien korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara jumlah umbi dan diameter umbi secara bersama-sama dengan
berat basah umbi.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]