Hidrolisis Xilosa Xilan Ampas Singkong menggunakan Aspergillus Niger, Trichoderma Reesei, dan Streptomyces Olivaceus
Abstract
Singkong (Manihot ultissima) merupakan bahan pangan yang banyak diolah
menjadi tepung. Pembuatan tepung singkong menyisakan limbah berupa kulit dan
ampas. Ampas singkong biasanya hanya diolah menjadi pakan ternak. Padahal
ampas singkong mengandung selulosa (36,6%), hemiselulosa (21,3%), dan lignin
(17,3%). Dengan kandungan tersebut, ampas singkong berpotensi menjadi
substrat dalam pembuatan xilosa mengingat pemanfaatan ampas singkong yang
belum optimal. Produksi xilosa dapat dilakukan secara kimia atau enzimatis.
Hidrolisis enzimatik menjadi metode yang banyak digunakan dalam produksi
xilosa. Metode ini ramah lingkungan dan tidak membutuhkan biaya tinggi.
Hidrolisis enzimatik xilosa dapat dilakukan dengan menggunakan enzim atau
mikroorganisme penghidrolisis polisakarida. Penggunaan mikroorganisme dalam
proses hidrolisis enzimatik xilosa bersifat multikultur, yaitu Aspergillus niger,
Trichoderma reesei, dan Streptomyces olivaceus. Perlakuan multikultur bertujuan
menghasilkan kadar xilosa yang lebih banyak. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hidrolisis xilosa yaitu lama hidrolisis maka diperlukan penentuan
lama hidrolisis yang menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi dan mengetahui
pengaruh perbedaan jenis starter terhadap kadar xilosa.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktor tunggal.
Faktor perlakuan tersebut adalah jenis starter, yang terdiri atas A. niger; T. reesei;
A. niger dan S. olivaceus; T. reesei dan S. olivaceus; A. niger dan T. reesei; serta
A. niger, T. reesei, dan S. olivaceus. Parameter penelitian ini adalah total populasi
mikroba, kadar gula reduksi, xilosa, dan glukosa, serta efisiensi hidrolisis. Data
hasil penelitian diolah dengan sederhana seperti rerata dan standar deviasi. Data
yang diperoleh disajikan dalam bentuk ilustrasi table dan grafik untuk
mempermudah interpretasi data.
Singkong (Manihot ultissima) merupakan bahan pangan yang banyak diolah
menjadi tepung. Pembuatan tepung singkong menyisakan limbah berupa kulit dan
ampas. Ampas singkong biasanya hanya diolah menjadi pakan ternak. Padahal
ampas singkong mengandung selulosa (36,6%), hemiselulosa (21,3%), dan lignin
(17,3%). Dengan kandungan tersebut, ampas singkong berpotensi menjadi
substrat dalam pembuatan xilosa mengingat pemanfaatan ampas singkong yang
belum optimal. Produksi xilosa dapat dilakukan secara kimia atau enzimatis.
Hidrolisis enzimatik menjadi metode yang banyak digunakan dalam produksi
xilosa. Metode ini ramah lingkungan dan tidak membutuhkan biaya tinggi.
Hidrolisis enzimatik xilosa dapat dilakukan dengan menggunakan enzim atau
mikroorganisme penghidrolisis polisakarida. Penggunaan mikroorganisme dalam
proses hidrolisis enzimatik xilosa bersifat multikultur, yaitu Aspergillus niger,
Trichoderma reesei, dan Streptomyces olivaceus. Perlakuan multikultur bertujuan
menghasilkan kadar xilosa yang lebih banyak. Salah satu faktor yang
mempengaruhi hidrolisis xilosa yaitu lama hidrolisis maka diperlukan penentuan
lama hidrolisis yang menghasilkan kadar gula reduksi tertinggi dan mengetahui
pengaruh perbedaan jenis starter terhadap kadar xilosa.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktor tunggal.
Faktor perlakuan tersebut adalah jenis starter, yang terdiri atas A. niger; T. reesei;
A. niger dan S. olivaceus; T. reesei dan S. olivaceus; A. niger dan T. reesei; serta
A. niger, T. reesei, dan S. olivaceus. Parameter penelitian ini adalah total populasi
mikroba, kadar gula reduksi, xilosa, dan glukosa, serta efisiensi hidrolisis. Data
hasil penelitian diolah dengan sederhana seperti rerata dan standar deviasi. Data
yang diperoleh disajikan dalam bentuk ilustrasi table dan grafik untuk
mempermudah interpretasi data.