Profil Mutu Fisiko-Kimia dan Mikrobiologi Biji Kakao Rakyat Jambewangi Terfermentasi Starter Saccharomyces cerevisiae dan Lactobacillus casei dalam Besek Bambu
Abstract
Biji kakao rakyat Jambewangi diolah tanpa menggunakan tahapan
fermentasi, sehingga biji kakao tersebut memiliki mutu rendah dan mudah
terkontaminasi kapang penghasil mikotoksin. Biji kakao tanpa fermentasi, juga
tidak memiliki flavor khas cokelat, karena tidak ada perubahan kimia yang
membentuk senyawa flavor tersebut. Intervensi mikroorganisme selama fermentasi
dapat mendukung pembentukan senyawa pembentuk rasa, warna, dan aroma khas
cokelat. Keberadaan bakteri asam laktat juga dapat menjadi penghambat
pertumbuhan kapang selama fermentasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh penambahan starter S. cerevisiae dan L. casei terhadap karakteristik
mikrobiologis biji kakao terfermentasi dalam besek bambu dan mengidentifikasi
bakteri asam laktat yang tumbuh dan berpotensi sebagai anti kapang dalam
fermentasi biji kakao. Fermentasi dalam besek bambu menggunakan starter S.
cerevisiae dan L. casei diharapkan dapat meningkatkan mutu biji kakao rakyat
Jambewangi.
Penelitian ini dilakukan di Desa Jambewangi menggunakan jenis starter dan
lama fermentasi yang berbeda. Masing-masing perlakuan dilakukan pengujian
sebanyak 3 kali. Perlakuan jenis starter terdapat 4 macam, yaitu: kontrol (K) (tanpa
penambahan starter), S. cerevisiae (Sc), L. casei (Lc), dan S. cerevisiae + L. casei
(ScLc) yang ditambahkan secara langsung. Perlakuan lama fermentasi terdiri atas
5 taraf, yaitu 0 (T0), 24 (T1), 48 (T2), 72(T3), dan 96 (T4) jam. Parameter penelitian
meliputi suhu, pH, uji belah, indeks fermentasi, populasi total mikroba, luas zona
bening pada uji daya hambat BAL terhadap kapang, dan identifikasi bakteri asam
laktat secara fenotip.
Penambahan starter berpengaruh pada profil fisiko-kimia dan mikrobiologi
fermentasi biji kakao rakyat Jambewangi. Penelitian ini menghasilkan perlakuan
terbaik yaitu penambahan starter bertahap S. cerevisiae pada hari pertama dan L.
casei pada hari kedua. Nilai suhu dan pH pada perlakuan ini berturut-turut mencapai
34,1oC dan 4,7 pada fermentasi jam ke-96. Nilai tertinggi pada uji belah dan indeks
fermentasi juga diperoleh perlakuan ini dengan nilai derajat fermentasi biji
fermented sebesar 88% dan nilai IF 1,197 yang menandakan biji telah terfermentasi
pada jam ke-96. Populasi mikroba tertinggi juga ada pada sampel ScLc, yaitu
populasi khamir mencapai 8,6 log10 cfu/g, populasi bakteri asam laktat mencapai
9,51 log10 cfu/g, dan populasi bateri non-BAL mencapai 7,18 log10 cfu/g. Isolat
BAL yang berpotensi tinggi sebagai antikapang memiliki luas zona bening hingga
≤0,55 cm2 dan diduga kuat merupakan L. acidophilus, L. plantarum, dan L. casei.