Optimasi Pewarna Alami Buah Naga Merah Afkir dengan Variasi Asam Askorbat dan Tween 80 Menggunakan Simplex Lattice Design
Abstract
Menurut data BPS, produksi buah naga di Kabupaten Jember pada tahun
2020 sebesar 21.140 kuintal. Angka produksi ini tergolong tinggi, namun tidak
diimbangi dengan proses pengolahan dan penyimpanan yang sesuai. Hal ini
menyebabkan banyak buah naga mengalami kebusukan dan afkir. Buah naga afkir
memiliki ciri-ciri yaitu penampakan luar yang layu, ukuran buah tidak seragam,
cacat, berkeriput, dan timbul bercak pada kulit buah naga. Buah naga dengan
kondisi ini kurang menarik minat konsumen sehingga diperlukan adanya proses
pemanfaatan. Buah naga merah afkir memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan serbuk pewarna. Menurut Taiwan Food Industry
Develop and Research Authorities (2005) buah naga mengandung antosianin
sebesar 186.90 mg/100 gram. Antosianin merupakan jenis pigmen yang dapat
menghasilkan warna biru, merah, ungu, dan oranye. Antosianin dapat ditemukan
pada kulit dan daging buah naga merah. Pembuatan serbuk pewarna buah naga
menggunakan teknik foam mat drying. Teknik ini memanfaatkan penggunaan
bahan pembusa untuk melindungi produk. Bahan pembusa dapat mempercepat
proses pengeringan sehingga suhu yang digunakan cenderung rendah dan
kerusakan selama proses pengeringan dapat diminimalkan. Pada pembuatan
serbuk pewarna, penentuan formula optimum menggunakan metode simplex
lattice design. Metode optimasi ini didasarkan pada sifat fisik dan kimia produk
yang berasal dari dua atau lebih percampuran bahan. Dengan menggunakan
metode ini satu formula optimum akan terpilih sebagai referensi formula dalam
pembuatan serbuk pewarna.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menentukan formula optimum
pewarna alami buah naga merah afkir dengan variasi penambahan asam askorbat dan tween 80 menggunakan metode simplex lattice design dan mengetahui
karakteristik fisik dan kimia formula optimum serbuk pewarna alami buah naga
merah afkir. Rancangan penelitian ini menggunakan metode eksperimental
dengan dua variasi yaitu asam askorbat dan tween 80. Pada penelitian ini terdapat
lima formula yang dihasilkan. Penelitian terbagi menjadi tahapan yaitu preparasi
sampel, maserasi dan ekstraksi, pembuatan serbuk pewarna, dan analisis.
Penelitian ini menggunakan beberapa parameter pengujian diantaranya ialah
parameter optimasi (kadar air, total padatan terlarut, waktu larut, warna (L, a, dan
b), dan pH) dan analisis penunjang formula optimum (hue, chroma, stabilitas
warna (lama pemanasan dan paparan matahari), dan kadar antosianin total).
Penentuan formula optimum serbuk pewarna dilakukan dengan menggunakan
metode simplex lattice design.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa serbuk pewarna alami buah naga
merah afkir dengan menggunakan metode simplex lattice design didapatkan
formula optimum yaitu F5 dengan variasi asam askobat 3% dan tween 80 0,5%
dengan nilai desirability 0,998. Formula optimum yang dihasilkan memiliki nilai
kadar air 2,15%; total padatan terlarut 9,67°Brix, waktu larut 61,33 detik, nilai L
53,71; nilai a 14,201; nilai b 7,391; pH 3,767; chroma sebesar 16,00924;
antosianin sebanyak 3,37mg/ml, hue 27,5°. Pada uji stabilitas warna
menggunakan metode oven dan hot plate mengalami degradasi sebesar 24,77%
dan 36,05%. Pada paparan matahari kondisi outdoor dan indoor mengalami
degradasi tertinggi yaitu 30,48% dan 0,93%.