Karakteristik Briket dari Bahan Limbah Kerajinan Bambu
Abstract
Bambu merupakan tanaman yang termasuk kedalam jenis tanaman rumput -rumputan yang tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2.200 mdpl. Bambu dapat dimanfaatkan menjadi berbagai bahan kerajinan karena bahan baku yang mudah dibelah, dibentuk dan mudah pengerjaannya, dan harganya relatif murah dibandingkan bahan baku kayu. Bambu biasanya dijadikan bahan kerajinan, dari proses pembuatan kerajinan akan menghasilkan limbah serutan bambu. Salah satu pemanfaatan limbah serutan bambu yaitu menjadi briket bioarang. Pemanfaatan limbah serutan bambu sebagai briket sangat baik karena bambu memiliki karakteristik pembakaran yang baik yaitu bambu memiliki kadar air 5,34%, kadar abu 8,2%, volatile matter 15,6%, laju pembakaran 0,02 g/detik, karbon terikat 70,73% dan kandungan kalori 6709 kal/g yang sesuai dengan SNI 01-6235-2000. Namun pemanfaatan limbah serutan bambu sebagai briket bioarang memiliki beberapa kekurangan , membutuhkan biaya untuk proses pengarangan, dan biomassa sebagai bahan bakar. sehingga pemanfaatan limbah serutan bambu sebagai briket bioarang kurang efektif. Salah satu penyelesaiannya dengan pemanfaatan limbah serutan bambu sebagai biobriket tanpa proses pengarangan. Akan tetapi pemanfaatan limbah serutan bambu sebagai biobriket belum diketahui apakah karakteristik pembakaran yang dihasilkan lebih baik dari briket bioarang atau lebih buruk. Sehingga dilakukan penelitian tentang limbah serutan bambu dengan variasi pembriketan.
Pada penelitian kombinasi pembriketan limbah serutan bambu terdapat dua faktor yaitu pengarangan dan pengecilan. Selain itu terdapat empat perlakuan terhadap limbah serutan bambu. Perlakuan pertama diarangkan dan dikecilkan ukurannya, kedua diarangkan dan tidak dikecilkan ukurannya, ketiga tidak diarangkan dan dikecilkan ukurannya, keempat tidak diarangkan dan tidak dikecilkan ukurannya. Kemudian hasil penelitian akan dilakukan uji anova dua arah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata pada setiap perlakuan, selanjutnya untuk menentukan kombinasi terbaik dilakukan uji skoring.
Dari hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air terendah terdapat pada perlakuan pengarangan dan tanpa pengecilan (A1&U2) 1,74%, kadar abu terendah terdapat pada perlakuan tanpa pengarangan dan tanpa pengecilan ukuran (A2&U2) 1,66%, laju pembakaran terlama terdapat pada perlakuan pengarangan dan pengecilan ukuran (A1&U1) 0,19 g/menit, suhu pembakaran tertinggi terdapat pada perlakuan pengarangan dan pengecilan ukuran (A1&U1) 358,84 ºC, volatile matter terendah terdapat pada perlakuan pengarangan dan pengecilan ukuran (A1&U1) 35,01%, kerapatan tertinggi terdapat pada perlakuan pengarangan dan pengecilan ukuran (A1&U1) 0,25 g/cm3, nilai kalor tertinggi terdapat pada perlakuan pengarangan dan pengecilan ukuran (A1&U1) 6193,88 kal/g. Kemudian berdasarkan uji skoring didapatkan kombinasi perlakuan terbaik pada briket limbah serutan bambu terdapat pada perlakuan pengarangan dan pengecilan ukuran (A1&U1) yang menghasilkan kadar air 3,67%, kadar abu 7,57 %, laju pembakaran 0,19 g/menit, volatile matter 35,01%, kerapatan 0,25 g/cm3, suhu 358,84 ºC dan nilai kalor 6193,88 kal/g.