Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Tebu Rakyat Kemitraan Bagi Hasil (SBH) dan Sistem Pembelian Terputus (SPT) di Wilayah Kerja PGKA
Abstract
Tanaman tebu adalah komoditas unggulan di Indonesia karena merupakan
bahan baku untuk produksi bahan pokok masyarakat yaitu Gula Kristal Putih
(GKP). PG Kebon Agung (PGKA) menjadi salah satu pabrik pengolahan GKP yang
berlokasi di Kabupaten Malang. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tebunya,
PG Kebon Agung menyuplai dari sebagian Tebu Sendiri (TS) dan selebihnya
didominasi Tebu Rakyat (TR). Hubungan antara petani sebagai pemilik TR dengan
pabrik gula dapat diketahui berdasarkan perpindahan produknya.
Pilihan pertama adalah hubungan kemitraan Sistem Bagi Hasil (SBH)
menggunakan skema bagi hasil dari penjualan lelang gula. Pilihan lainnya
adalah Sistem Penjualan Terputus (SPT) dengan skema transaksi jual-beli putus
yang menggunakan ukuran bobot tebu. Pemerintah mulai berupaya untuk
menetapkan SPT sebagai pengganti kemitraan SBH melalui suatu regulasi.
Berdasarkan pada kondisi tersebut, peneliti berminat untuk mendalaminya.
Penelitian ini bertujuan : (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan petani dalam memilih kemitraan SBH dan SPT; (2)
Menganalisis tingkat pendapatan usahatani kemitraan SBH dan SPT (3)
Menganalisis perbedaan pendapatan usahatani kemitraan SBH dan SPT.
Metode penelitian menggunakan analitik dan komparatif. Metode
penentuan lokasi penelitian menggunakan purposive, menentukan Kecamatan
Kedungkandang dengan pertimbangan bagian dari wilayah kerja PGKA.
Selanjutnya data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Metode
pengumpulan data melalui wawancara, survei, dan kajian dokumen. Data
dianalisis menggunakan metode analisis regresi logistik, analisis pendapatan,
dan uji t independen untuk membandingkan pada tingkat pendapatannya.Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Faktor-faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap pengambilan keputusan petani untuk bermitra SBH adalah
jarak lahan menuju PGKA, sumber modal utama, dan persepsi waktu pencairan.
Sedangkan usia, pendidikan, pengalaman, luas lahan, kelompok tani, dan
Koperasi Unit Desa (KUD) tidak berpengaruh signifikan; (2) Rerata pendapatan
usahatani kemitraan SBH sebesar Rp. 22.081.075/Ha, maupun SPT sebesar
Rp.12.599.512/Ha berada pada tingkat yang menguntungkan; (3) Terdapat
perbedaan rata-rata pendapatan antara usahatani SBH dan SPT sejumlah
Rp.9.481.563,40/Ha.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]