Transformasi Usahatani Tembakau ke Padi Tinjauan dari Perspektif Rasionalitas Petani di Desa Selopuro Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar
Abstract
Tembakau lokal Desa Selopuro pernah berjaya sekitar pada tahun 1960-
1970. Pemasaran tembakau lokal tidak hanya lingkup nasional, namun hingga
internasional. Hal ini dikarenakan tembakau lokal memiliki mutu terbaik yang
pernah dihasilkan. Namun seiring berjalannya waktu, petani Desa Selopuro
terhadap tembakau lokal semakin menurun yang ditandai jumlah luas lahan dan
petani semakin berkurang. Petani yang awalnya melakukan usahatani tembakau
melakukan transformasi ke padi. Tujuan penelitian ini mengenai rasionalitas
petani melakukan transformasi dari tembakau ke padi.
Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan penentuan
informan menggunakan purposive sampling yang berjumlah 10 informan petani
bertransformasi dan 4 orang sebagai informan pendukung. Metode analisis data
yang digunakan pada penelitian ini yaitu Miles and Huberman dimulai dari
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan petani bertransformasi dari tembakau ke
padi didasari pertimbangan yang dapat dikategorikan dalam 4 jenis tindakan
rasionalitas weberian. Rasionalitas instrumental dapat dijelaskan dalam memilih
padi dan tidak memilih tembakau. Pertimbangan dalam memilihan padi yaitu
harga jual tinggi, biaya rendah, produksi tinggi, tenaga ringan, air tercukupi dan
pemasaran mudah. Pertimbangan tidak memilih tembakau yaitu harga tidak stabil,
biaya tinggi, pemasaran sulit dan jeda waktu tanam. Pertimbangan dalam
rasionalitas nilai yaitu petani padi menggunakan tenaga kerja dari saudara atau
tetangga, petani memberikan sebagian hasil panen padi dan petani merasa
bersyukur terhadap hasil panen padi yang didapatkan. Pertimbangan dalam
rasionalitas afektif yaitu merasa senang dengan hasil usahatani padi, lebih
bersemangat dalam bertani dan sebagai hiburan dan olahraga. Pertimbangan dalam rasionalitas tradisional yaitu sistem pola tanam dua kali dalam satu tahun,
usahatani padi sudah turun temurun dari keluarga dan kegiatan slametan pertanian
yang hampir punah.
Deskripsi kesejahteraan petani yang bertransformasi dari tembakau ke padi
di musim kemarau dijelaskan menggunakan dua dimensi, yaitu dimensi being dan
dimensi belonging. Dimensi being berdasarkan psikologis yang dirasakan petani
yatu ketersediaan pangan dan kebutuhan non pangan tercukupi. Dimensi
belonging menggunakan indikator kesejahteraan BPS 2014 yaitu seluruh petani
dikategorikan sejahtera
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]