Karakteristik Fisik, Organoleptik, dan Daya Cerna Pati Produk Roti Manis Dengan Penambahan Bubuk Kakao Fermentasi dan Tanpa Fermentasi
Abstract
Roti manis merupakan salah satu jenis roti yang memiliki cita rasa manis
dan banyak disukai oleh masyarakat. Kandungan karbohidrat terutama pati pada
roti manis berperan penting dalam memenuhi kebutuhan asupan energi dan gizi
pada tubuh. Pati dihidrolisis oleh enzim pemecah pati menjadi glukosa agar mudah
dicerna oleh tubuh, jika penyerapan glukosa dalam darah berlebih dapat
menimbulkan masalah kesehatan salah satunya seperti diabetes. Solusi yang dapat
dikembangkan dalam menangani permasalahan tersebut yaitu membuat produk roti
manis dengan nilai daya cerna pati yang rendah. Roti manis dengan nilai daya cerna
pati rendah dapat dihasilkan salah satunya dengan cara penambahan bahan yang
memiliki kandungan polifenol, pada penelitian ini menggunakan bubuk kakao.
Bubuk kakao terfermentasi akan menghasilkan bubuk dengan cita rasa, aroma dan
warna yang khas, tetapi kandungan polifenolnya lebih rendah daripada bubuk kakao
tanpa fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik,
tingkat kesukaan panelis, dan daya cerna pati roti manis dengan penambahan bubuk
kakao fermentasi dan tanpa fermentasi.
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pengulangan (duplo). Perlakuan
yang digunakan yaitu kontrol (K), penambahan bubuk kakao terfermentasi komersil
(FK), bubuk kakao terfermentasi Puslitkoka (FP) dan bubuk kakao tanpa fermentasi
(TF). Adapun pengujian yang dilakukan diantaranya meliputi pengujian fisik
berupa warna, tekstur dan daya kembang roti manis, organoleptik, kadar pati, kadar
air dan daya cerna pati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa roti manis dengan penambahan
bubuk kakao terfermentasi menghasilkan nilai warna yang rendah sekitar 56,98 -
61,52% yang berarti warna lebih gelap daripada roti dengan penambahan bubuk kakao tanpa fermentasi (TF). Tekstur roti manis dengan penambahan bubuk kakao
tanpa fermentasi (TF) menghasilkan nilai tertinggi yaitu 44,17 g/10 mm yang
berarti lebih keras dibandingkan roti dengan penambahan bubuk kakao
terfermentasi. Roti manis dengan penambahan bubuk kakao tanpa fermentasi (TF)
menghasilkan nilai volume pengembangan yang tidak maksimal atau kecil yaitu
sebesar 14,25% dibandingkan roti dengan penambahan bubuk kakao terfermentasi.
Panelis cenderung menyukai warna dan rasa roti tanpa penambahan bubuk
kakao (K). Parameter aroma dan tekstur roti dengan penambahan bubuk kakao
terfermentasi lebih disukai oleh panelis, namun secara keseluruhan panelis lebih
menyukai roti tanpa penambahan bubuk kakao (K). Roti dengan penambahan
bubuk kakao tanpa fermentasi (TF) cenderung menghasilkan daya cerna pati yang
lebih rendah daripada roti dengan penambahan bubuk kakao terfermentasi yaitu
sebesar 35,65 (%bk) dari 54,49 (%bk) pati. Roti dengan penambahan bubuk kakao
fermentasi komersil (FK) menghasilkan daya cerna pati sebesar 40,05 (%bk) dari
55,98 (%bk) pati, sedangkan roti dengan penambahan bubuk kakao fermentasi
Puslitkoka (FP) menghasilkan daya cerna pati sebesar 39,99 (%bk) dari 55,52
(%bk) pati.