Pengolahan Keripik Gadung Rendah Asam Sianida dengan Jenis Abu dan Variasi Debit Air Rendaman
Abstract
Gadung (Dioscorea hispida Dennts) memiliki kandungan karbohidrat yang
tinggi. Salah satu pengolahan secara tradisional umbi gadung yaitu di UMKM Desa
Sidomulyo Kecamata Silo Kabupaten Jember. Pengolahan kripik gadung di
UMKM tersebut dilakukan dengan cara melumuri chips gadung menggunakan abu
kayu. Kemudian chips gadung direndam didalam air yang tidak mengalir dengan
cara mengganti air rendaman 1 kali sehari pada sore hari selama 4 hari. Proses
pengolahan tersebut cukup menyita waktu dan dapat mengurangi kadungan nutrisi
pada keripik gadung. Pengolahan keripik gadung yang kurang optimal dapat
menyebabkan keripik menjadi beracun dikarenakan umbi gadung mengadung
senyawa antigizi seperti glukosida saponin dan termasuk alkoloid tropan yang
disebut dioskorin, serta senyawa glukosida sianogenik yang apabila terurai dapat
menghasilkan senyawa HCN (asam sianida). Kandungan sianida pada gadung
biasanya berkisar 362 ppm. Pengolahan dengan cara yang tepat dapat merunkan
kadar sianidanya. Kadar sianida (HCN) yang dapat dikonsumsi oleh manusia yaitu
sebesar 50 ppm. Oleh karena itu diperlukan modifikasi proses pengolahan untuk
menurunkan kadar HCN dalam umbi gadung, yaitu dengan menggunakan bahan
penyerap (absorben) seperti abu kayu dan abu sekam padi, serta perendaman air
mengalir dikarenakan sifat HCN yang mudah larut dalam air. Tujuan dalam
penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh jenis abu dan debit air mengalir pada
perendaman keripik gadung terhadap sifat fisik dan kimia keripik gadung.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dua faktor. Faktor A adalah jenis abu sekam (A1), abu kayu (A2), dan faktor
B adalah debit air yang mengalir 0,05 L/jam.kg (B1), 0,15 L/jam.kg (B2), dan 0,25
L/jam.kg (B3). Parameter yang diamati antara lain rendemen, uji warna, daya kembang, kadar air, kadar abu, dan kadar HCN. Data yang didapatkan dianalisis
dengan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95%, dan apabila ada pengaruh nyata
antar perlakuan dilanjutkan dengan uji beda DMRT (Duncan Mulltiple Range Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis abu berpengaruh signifikan
terhadap rendemen, tingkat kecerahan (l), daya kembang, dan HCN yang
dihasilkan. Debit air berpengaruh signifikan terhadap rendemen, tingkat kecerahan
(l), dan HCN yang dihasilkan. Interaksi keduanya berpengaruh terhadap rendemen,
tingkat kecerahan (l), dan HCN pada olahan keripik gadung yang dihasilkan. Proses
pengolahan keripik gadung diperoleh kadar HCN pada setiap perlakuan dengan
taraf dibawah 50 ppm dan aman dikonsumsi oleh masyarakat