Perancangan SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) di UMKM Tape Singkong Kabupaten Bondowoso (Studi Kasus Tape 57 dan Tape 32)
Abstract
Keamanan pangan masih menjadi permasalahan pangan di Indonesia.
Menurut BPOM grafik insiden keracunan pangan pada media massa online bulan
Juli-September 2017, persentase keracunan makanan olahan rumah tangga sebesar
29,36%. Indonesia kaya berbagai jenis pangan tradisional, termasuk pangan
tradisional berbahan dasar singkong. Produksi ubi kayu (singkong) menurut
Kabupaten/ Kota di Jawa Timur tahun 2007-2017 (Ton) pada tahun 2017 produksi
singkong di Kabupaten Bondowoso sebanyak 74.005 ton.
Singkong dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk aneka olahan
makanan salah satu contohnya adalah tape singkong. Sifat makanan tape singkong
adalah mudah rusak jika perlakuan kurang sesuai. Pada usaha penyediaan makanan
selain faktor kuantitas yang harus dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan konsumen,
faktor yang tidak kalah pentingnya adalah faktor kualitas makanan yang erat
kaitannya dengan higiene dan sanitasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Bondowoso,
jumlah UMKM Tape di Kabupaten Bondowoso pada tahun 2016 yaitu 192 unit
yang tersebar dalam 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Bondowoso, meliputi
Kecamatan Binakal, Bondowoso, Jambesari, Tegal Ampel, Tenggarang, Wonosari,
Maesan, Jambesari Darul Sholah, Pujer, Tamanan, Curah Dami, Grujugan,
Tlogosari, Sukosari, Tapen, Pakem, Wringin, dan Botolinggo.
SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) menjadi salah satu
syarat dan menjabarkan prosedur perusahaan dalam mengolah pangan dan juga
sebagai penunjang kesuksesan perusahaan serta kegiatan lain yang mendukungnya.
Selain itu, SSOP juga berfungsi untuk mengurangi produk cacat yang dihasilkan
dan menjadi pedoman karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan merupakan
suatu prosedur untuk memelihara kondisi sanitasi yang umumnya berhubungan
dengan seluruh fasilitas produksi atau area dan tidak terbatas pada tahapan tertentu
atau titik kendali kritis. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian
mengenai Perancangan SSOP di UMKM Tape Singkong Kabupaten Bondowoso
(Studi Kasus Tape 57 dan Tape 32) dalam rangka penyediaan makanan tradisional
yang aman dan bergizi. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kondisi sanitasi pada UMKM Tape 57 dan Tape 32, merancang
SSOP untuk produk yang aman dikonsumsi, dan menganalisis tingkat kontaminasi
produk pra dan pasca penerapan SSOP pada UMKM Tape 57 dan Tape 32 di
Kabupaten Bondowoso.
Penerapan SSOP dilaksanakan di UMKM Tape 57 di Dusun Tambiritan RT
08 dan Tape 32 di Dusun Krajan 3 RT 04 Desa Sumber Tengah Kecamatan Binakal
Kabupaten Bondowoso. Identifikasi higiene dan sanitasi mulai dari sanitasi ruang
produksi, fasilitas dan higiene karyawan, pengendalian hama, kesehatan dan
higiene karyawan, lingkungan sekitar, perlatan produksi, suplai air, dan
pengendalian proses produksi tape singkong. Perancangan SSOP dari perbandingan
atau gap analysis kondisi di UMKM dan kondisi ideal atau CPPB (Cara Produksi
Pangan yang Baik) didapatkan hasil bahwa kondisi higiene dan sanitasi di kedua
UMKM belum sesuai dengan kondisi ideal. SSOP diimplementasikan pada UMKM
Tape 57dan Tape 32 dimana elemen-elemen higiene dan sanitasi tidak semua
berpengaruh nyata dan dilaksanakan UMKM tersebut.
Evaluasi tingkat kontaminasi pra dan pasca sanitasi dengan analisis
mikrobiologi yang terdiri dari populasi bakteri patogen (E.coli dan Salmonella sp.)
dan total mikroba pada tape singkong di UMKM Tape 57 dan Tape 32. Berdasarkan
hasil uji mikrobiologis pada Tape 57, jumlah bakteri E.coli, Salmonella sp., dan
total mikroba berturut-turut pada pra sanitasi adalah 3,29 log10 CFU/g, 1,76 log10
CFU/g, dan 6,45 log10 CFU/g, dan pada pasca sanitasi adalah 2,83 log10 CFU/g,
1,44 log10 CFU/g, dan 6,01 log10 CFU/g. Berdasarkan hasil uji mikrobiologis pada
Tape 32, jumlah bakteri E.coli, Salmonella sp., dan total mikroba berturut-turut
pada pra sanitasi adalah 3,63 log10 CFU/g 3,75 log10 CFU/g, dan 6,64 log10
CFU/g, dan pada pasca sanitasi adalah 3,08 log 10 CFU/g, 2,16 log10 CFU/g, dan
6,03 log10 CFU/g. Dilihat dari data tersebut dapat diketahui bahwa setelah
dilakukan penerapan SSOP pada UMKM Tape Singkong 57 dan Tape 32 , jumlah
mikroba sampel pasca sanitasi memiliki nilai yang lebih rendah daripada sampel
pra sanitasi.