Karakteristik Gipang Khas Suku Baduy dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Bandeng sebagai Upaya Peningkatan Kandungan Kalsium dan Fosfor
Abstract
Gipang adalah salah satu makanan khas dari Suku Baduy, Provinsi Banten
yang terbuat dari beras ketan dan sirup gula, berbentuk persegi panjang, dan
memiliki rasa yang manis. Sebagai makanan tradisional gipang dapat
dikembangkan menjadi makanan bernilai tinggi dengan cara meningatkan mutu
gizinya. Peningkatan gizi dapat dilakukan dengan menambahkan tepung tulang
ikan untuk meningkatkan kandungan kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor
merupakan salah satu mineral essensial yang diperlukan oleh tubuh untuk
melakukan fungsi fisiologis secara normal. Kandungan kalsium dan fosfor yang
rendah pada gipang dapat ditingkat dengan penambahan tepung tulang ikan
bandeng. Pemilihan penggunaan tulang ikan bandeng untuk diolah menjadi tepung
sebagai bahan tambahan pada pembuatan gipang karena di Provinsi Banten terdapat
banyak limbah tulang ikan bandeng hasil dari produksi sate ikan bandeng. Selain
itu tulang ikan bandeng juga megandung kalsium dan fosfor yang tinggi yang dapat
menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan fosfor. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakeristik kimia, fisik, mikrobiologi, dan
organoleptik pada gipang dengan penambahan tepung tulang ikan bandeng dan
menentukan penambahan tepung tulang ikan bandeng paling baik.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor yaitu
perbedaan penambahan tepung tulang ikan bandeng. Terdapat empat perlakuan
penambahan tepung tulang ikan bandeng, yaitu penambahan 0%, 5%, 10%, dan
15% dari berat beras ketan putih mentah yang digunakan. Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak tiga kali. Penelitian dilakukan melalui dua tahap, yaitu pembuatan
tepung tulang ikan bandeng dan pembuatan gipang dengan penambahan tepung
tulang ikan bandeng. Parameter yang diamati meliputi karakteristik kimia (kadar
ix
air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar kalsium, dan
kadar fosfor), karakteristik fisik berupa kekerasan, total mikroba, dan karakteristik
organoleptik (warna, rasa, aroma, tekstur, dan keseluruhan). Data kimia, fisik, dan
total mikroba yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA pada taraf
kepercayaan 95%, apabila hasil berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan
Multiple’s Range Test (DMRT), sedangkan data uji organoleptik dianalisis
menggunaan Kruskal-Wallis. Penentuan perlakuan terbaik dilakukan menggunakan
uji efektivitas.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan tepung tulang ikan bandeng
berpengaruh nyata terhadap kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar kalsium,
kadar fosfor, kekerasan, total mikroba, dan organoleptik warna, rasa, dan
keseluruhan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar karbohidrat,
dan organoleptik aroma dan tekstur. Berdasarkan hasil uji efektivitas penambahan
konsentrasi tepung tulang ikan bandeng paling baik terdapat pada penambahan 10%
dengan nilai kadar air 6,74%; kadar abu 2,61%; kadar protein 5,71%; kadar lemak
21,84%; kadar karbohidat 63,10%; kadar kalsium 3,68%; kadar fosfor 1,39%;
kekerasan 324,39 g/mm; total mikroba 1,79 log10 cfu/ml; dan organoleptik warna
4,56 (agak suka); aroma 4,40 (netral); rasa 5,16 (agak suka); tesktur 5,08 (agak
suka); dan keseluruhan 5,28 (agak suka).