dc.description.abstract | Sejak Kabupaten Bondowoso menjadi bagian dari Karesidenan
Besuki sudah menjadi ketertarikan tersendiri bagi para penguasa
kolonial untuk mengeksploitasinya. Berawal dari Herman Willem
Daendels (1808-1811) yang menggadaikan Karesidenan Besuki pada
Borjuis Cina sampai pada ketertarikan para investor Eropa (Belanda
dan Inggris) pada tahun 1897 untuk menanamkan investasinya
di wilayah Bondowoso. Regulasi pemerintah, kesuburan wilayah
Bondowoso, tersedianya tenaga kerja yang cukup dan murah,
sarana dan prasarana berupa pelabuhan besar seperti Panarukan
menjadi magnet bagi para investor Eropa untuk mendapatkan hak
erfpacht (hak sewa). Periode dalam penelitian ini diawali tahun 18971930.
Pada
tahun
ini Hindia Belanda
mengalami
apa
yang
disebut
“economic boom”. Penelitian ini dibedah dengan menggunakan
pendekatan Ekonomi Politik yang dipadukan dengan Metode
Sejarah. Hasil riset membuktikan bahwa ada beberapa hal yang
menyebabkan para investor Eropa tertarik menyewa lahan di
Bondowoso. Pertama, adanya kekuatan hukum bagi para investor
sebagai penyewa lahan. Kedua, lahannya sangat cocok untuk
perkebunan kopi dan tembakau yang menjadi komoditi primadona di wilayah Eropa pada saat itu. Ketiga, tersedianya tenaga kerja
yang murah. Mereka datang dari wilayah Madura dan Sapudi
yang masuk ke wilayah Bondowoso melalui Pelabuhan Panarukan.
Pengelola transportasi laut tersebut adalah Perusahaan Pelayaran
“Bodemeijer”, yang menyelenggarakan pelayaran setiap hari dari
Sumenep-Panarukan. Keempat, adanya fasilitas berupa pelabuhan
besar seperti Pelabuhan Panarukan yang tidak jauh dari Bondowoso
sebagai sarana untuk membawa produksi perkebunan mereka ke
wilayah Eropa. | en_US |