dc.description.abstract | Sub DAS Rembangan, Rempangan dan Jompo merupakan bagian dari DAS Bedadung, Kabupaten Jember. Secara administrasi dari ketiga Sub DAS terdiri dari tujuh Kecamatan yaitu Jelbuk, Arjasa, Pakusari, Patrang, Kaliwates, Sukorambi dan Panti. Terganggunya kondisi suatu DAS dapat disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan DAS dimana tanggapan atau respon sistem DAS terhadap intensitas curah hujan semakin mudah menyebabkan banjir dibagian hilir dan terjadi erosi dibagian hulu. Terjadinya erosi dibagian hulu DAS Bedadung disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan, seperti meningkatnya penggunaan lahan pemukiman, sawah irigasi dan berkurangnya penggunaan lahan kebun semak belukar dan ladang. Permasalahan - permasalahan tersebut sangat mempengaruhi ancaman bagi kelestarian sumber daya alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang tingkat bahaya erosi pada Sub DAS Rembangan, Rempangan dan Jompo untuk perencanaan pengelolaan DAS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai laju erosi dan tingkat bahaya erosi sebagai dampak perubahan tata guna lahan tahun 2001 dan tingkat bahaya erosi sebagai dampak perubahan tata guna lahan tahun 2001 dan 2014 dengan menggunakan nilai erodibilitas tanah berdasarkan peta jenis tanah (K1) dan pengukuran lapang (K2). Input data yang dilakukan pada penelitian adalah peta digital dan data hasil pengukuran lapang. Input data berdasarkan peta digital terdiri dari: layer data hujan dari tahun 2004 sampai 2014, jenis tanah tahun 1960 dan berdasarkan pengukuran lapang, tata guna lahan tahun 2001 dan 2014, serta layer data DEM. Selanjutnya, data-data tersebut digunakan untuk menghitung nilai laju erosi berdasarkan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) integrasi GIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di wilayah Sub DAS pada tahun 2001 dan 2014 berdampak terhadap meningkatnya tingkat bahaya erosi dalam kondisi ringan sampai sangat berat. Sedangkan nilai erodibilitas tanah berdasarkan pengukuran lapang (K2) lebih tinggi daripada nilai erodibilitas tanah berdasarkan peta jenis tanah (K1), hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan karakteristik tanah akibat proses alami dan non alami. Nilai tingkat bahaya erosi disusun berdasarkan perubahan penggunaan lahan (CP) dan nilai erodibilitas tanah (K). Pengaruh nilai K terhadap erosi yaitu, semakin tinggi nilai K maka tanah akan semakin peka terhadap erosi. Tingkat bahaya erosi berdasarkan laju erosi dengan nilai erodibilitas tanah dari pengukuran lapang (K2) pada perubahan penggunaan lahan tahun 2001 dan 2014 di ketiga wilayah Sub DAS didominasi dengan kondisi sangat ringan seluas 80%, sedangkan dalam kondisi berat dan sangat berat seluas 20%. Hal ini disebabkan oleh kombinasi perubahan penggunaan lahan (CP) dan nilai erodibilitas tanah berdasarkan pengukuran lapang (K2) mempunyai hasil yang lebih besar. Sehingga perlu dilakukan tindakan konservasi lingkungan pada ketiga Sub DAS. | en_US |