dc.description.abstract | Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang sedang
menjadi perhatian nasional dan global. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah bertambahnya penderita penyakit tidak menular adalah mengkonsumsi
pangan fungsional. Pangan yang mengandung antioksidan dan serat termasuk
pangan fungsional. Salah satu buah lokal yang mengandung antioksidan dan serat
tinggi adalah labu kuning. Produksi labu kuning LA-3 di Kecamatan Tegalrejo
dan Padang Bulan, Kabupaten Banyuwangi sangat melimpah. Salah satu upaya
untuk memanfaatkan limbah tersebut adalah dengan mengolah daging buah labu
kuning LA-3 menjadi sirup fungsional. Bahan penstabil yang umum digunakan
dalam pembuatan sirup adalah CMC. Namun, konsentrasi CMC yang baik untuk
pembuatan sirup fungsional labu kuning belum diteliti. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk memanfaatkan daging buah labu kuning terkait
potensinya sebagai minuman berserat kaya antioksidan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik organoleptik dan
fisiko kimia sirup labu kuning LA 3 berdasarkan konsentrasi CMC dan gula serta
potensinya untuk menjadi pangan fungsional. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dalam pemanfaatan daging buah labu kuning sebagai sirup sumber
serat dan antioksidan serta meningkatkan nilai ekonomi labu kuning LA 3.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan labu kuning LA 3 yang
diambil dari kecamatan Tegalrejo dan Padang Bulan, Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian dilakukan menggunakan 2 faktor kombinasi, yaitu konsentrasi gula dan
CMC. Faktor konsentrasi CMC yang digunakan adalah 0,5%, 1%, dan 1,5%;
sementara konsentrasi gula adalah 60%, 65%, dan 70%. Setiap sampel diuji
dengan 2 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CMC dan gula tidak
berpengaruh signifikan terhadap kesukaan warna dan aroma sirup labu kuning LA
3, namun berpengaruh besar dalam kesukaan kekentalan dan rasa. Semakin
banyak penggunaan konsentrasi CMC dan gula menghasilkan penurunan
kemampuan penangkapan radikal bebas (perlakuan CMC 1,5% dan gula 70%).
Hal ini berbanding lurus dengan jumlah kadar betakaroten dalam sampel tersebut.
Total padatan terlarut berbanding lurus dengan kekentalan dimana perlakuan
paling stabil adalah penggunaan CMC 1,5% dan gula 70% yaitu sebesar 0,88. | en_US |