STUDI BAHAN BAKU BRIKET MENGGUNAKAN KULIT BUAH KAKAO
Abstract
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pengolahan limbah pertanian menyebabkan terjadinya pencemaran lingkugan. Salah satu contohnya adalah kulit buah kakao yang banyak ditemukan di lahan dan hanya dibiarkan menumpuk tanpa adanya pemanfaatan lebih lanjut. Oleh karena itu harus dilakukan pendekatan teknologi pada limbah pertanian seperti memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan briket. Selain bermanfaat untuk mengurangi limbah yang ada, briket arang juga dapat membantu proses pengeringan biji kakao menggunakan mesin pengering sehingga akan menghemat biaya bahan bakar yang digunakan.Penelitian briket dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2016 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Bahan yang digunakan adalah kulit buah kakao, serbuk kayu sengon, tepung tapioka dan air. Variasi komposisi kulit buah kakao yang digunakan adalah 80 gram, 60 gram, 40 gram, dan 20 gram dengan komposisi tepung tapioka sebagai perekat 10 gram pada setiap masing-masing perlakuan. Pengukuran kadar air briket dilakukan dengan mengeringkannya menggunakan oven. Sedangkan untuk pengukuran laju pembakaran dan kalor briket menggunakan briket sebagai bahan bakar untuk memanaskan 1 liter air. Analisis data digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan yang terjadi pada setiap perlakuan dengan variasi komposisi kulit buah kakao. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kadar air briket yang rendah akan mempengaruhi nilai laju pembakaran. Semakin rendah nilai kadar air yang terkandung dalam briket maka akan menyebabkan nilai laju pembakaran dan nilai kalor yang tinggi. Nilai kadar air yang rendah sebesar 6,65% pada perlakuan pertama dengan komposisi kulit buah kakao 20 gram. Sedangkan untuk nilai laju pembakaran tertinggi sebesar 0,0352 m/s pada perlakuan pertama dengan komposisi kulit buah kakao sebesar 20 gram. Tetapi nilai kalor briket yang diperoleh pada penelitian ini rendah. Nilai kalor tertinggi terjadi pada perlakuan ketiga dengan komposisi kulit buah kakao 60 gram sebesar 370,49 KJ. Hal ini dapat terjadi pada penelitian karena adanya kesalahan saat pengambilan data. Pada pengukuran nilai kadar air briket memiliki R2 yaitu 0,547%; laju pembakaran memiliki R2 sebesar 0,998% dan kalor briket memiliki R2 sebesar 0,724%