dc.description.abstract | Kabupaten Jember merupakan salah satu daerah sentra kopi robusta.
Produksi kopi robusta di wilayah ini tahun 2010 sebanyak 3.120 ton dengan luas
areal perkebunan 5.608 ha (Dirjen Perkebunan, 2011). Kecamatan Bangsalsari
merupakan salah satu wilayah yang terletak di Lereng Pegunungan Argopuro
Jember yang memiliki total produksi kopi robusta sebanyak 9.945,80 kw pada
tahun 2016. Proyeksi permintaan kopi robusta asal Kabupaten Jember meningkat
dari tahun ke tahun. Ketidakseimbangan pasokan kopi ekspor dan penurunan
kualitas menyebabkan pendapatan petani menurun. Kondisi inilah yang
menyebabkan risiko dan menimbulkan kerugian disetiap anggota rantai pasok.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis risiko rantai pasok menggunakan metode
ANP dan FMEA. Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi dan
mengendalikan risiko rantai pasok kopi rakyat robusta Kecamatan Bangsalsari
Jember yang efektif dan efisien.
Penelitian ini terbagi menjadi tiga langkah yaitu identifikasi risiko, analisis
risiko dan merumuskan pengendalian risiko. Identifikasi risiko bertujuan untuk
menghasilkan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengolahan data
menggunakan ANP (Analitycal Network Process). Tahap identifikasi risiko
dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD). Tahap analisis risiko
menggunakan penilaian ANP dan dijadikan acuan untuk pengendalian risiko
menggunakan WFMEA (Weighted Failure Mode and Effect Analysis).
Pengendalian risiko merupakan tahapan lanjutan setelah risiko-risiko
teridentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan tingkat risikonya.
Berdasarkan hasil FGD dan setelah dilakukan seleksi subkriteria didapatkan
empat masalah, enam risiko dan lima aktor dalam kerangkan ANP yang akan
dilakukan penilaian. Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa
masalah ketidakseragaman kualitas kopi robusta yang memiliki prioritas tertinggi
dengan nilai sebesar 0,3686. Penyebab utama dari masalah ini karena mutu buah
kopi yang sudah dipanen sebelum matang sempurna. Hal ini sesuai dengan
penilaian bobot risiko kualitas yang memiliki bobot tertinggi dengan nilai sebesar
0,3021. Hasil pengolahan bobot prioritas aktor petani yang memiliki bobot
tertinggi dengan nilai sebesar 0,2955. Hal ini dikarenakan untuk menghasilkan
kualitas kopi robusta yang baik tergantung dari perlakuan petani terhadap kopi
tersebut.
Hasil perhitungan WFMEA dengan risiko kualitas tetap berada pada urutan
pertama dengan WRPN 222,45 dan risiko produksi pada urutan kedua dengan
WRPN 116,35. Berdasarkan kategori risiko dapat diartikan bahwa untuk risiko
produksi pengendalian risikonya yaitu perlu dihindari dan untuk risiko kualitas
yang harus dilakukan yaitu berupa mitigasi risiko atau perlu untuk dihilangkan.
Upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian risiko produksi dan kualitas yaitu
dengan membiasakan petani untuk menerapkan pengolahan basah pada pasca
panen kopi robusta dan pembentukan koperasi kelompok tani. | en_US |