Perlindungan Eksploitasi Seksual Terhadap Anak Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Undang-Undang Perlindungan Anak (Studi Putusan Nomor: 993/Pid.Sus/2018/Pn.Bks.)
Abstract
Perdagangan orang semakin marak berkembang dari tahun ke tahun dan
mengalami peningkatan, korban dari perdagangan orang ini sering terjadi pada wanita
dan anak-anak, dengan tujuan untuk mengeksploitasi baik secara ekonomi maupun
seksual. Banyak cara dilakukan pelaku untuk mengeksploitasi korban, dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan yang akan digunakan pelaku untuk dirinya sendiri.
Sehingga korban eksploitasi akan mengalami kerugian baik secara materiil maupun
immateriil. Dalam kasus yang penulis angkat dalam skripsi ini adalah mengenai kasus
korban eksploitasi yang korbannya adalah anak (umur dibawah 18 tahun) yang
diambil dari putusan nomor 993/Pid.Sus/2018/PN.Bks. Untuk terdakwa yang
mengeksploitasi anak tersebut didakwa oleh Penuntut Umum dengan pasal-pasal
yang ada dalam dua undang-undang khusus yang mengatur kejahatan tersebut, yakni
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dari kedua
undang-undang diatas, penulis membedakan dalam penormaannya dan pemberian
sanksi, manakah yang lebih berat ancaman pidananya dan lebih melindungi korban
eksploitasi terhadap korban anak tersebut. Selain itu, dari kedua undang-undang
tersebut manakah yang tepat dikenakan pada terdakwa bila dikaitkan dengan Asas
Lex Spesialis Derogate Legi Generali.
Tujuan penelitian ini digunakan untuk mengetahui perlindungan terhadap
korban eksploitasi pada anak berdasarkan Undang-Undang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang dan Undang-Undang Perlindungan Anak, serta untuk
mengetahui putusan hakim nomor 993/Pid.Sus/2018/PN.Bks. apakah sudah sesuai
dengan Asas Lex Specialis Derogate Legi Generali. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian Law in books yaitu meneliti dengan cara menggunakan studi
perundang-undangan dengan cara membandingkan undang-undang satu dengan yang
lain dalam suatu studi putusan bernomor 993/Pid.Sus/2018/PN.Bks. Serta menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan undang-undang dan pendekatan
konseptual.
Hasil dari penelitian tersebut yaitu bahwa antara kedua undang-undang yakni
UU PTPPO dan UUPA yang lebih berat sanksi pidananya dan lebih melindungi
korban adalah UU PTPPO dari segi penormaan, pemberian sanksi, pemberatan
pidana dan bentuk perlindungan korban lainnya. Dan untuk putusan hakim nomor
993/Pid.Sus/2018/PN.Bks. yang dikaitkan dengan Asas Lex Specialis Derogate Legi
Generali telah sesuai dengan turunan asas tersebut yakni, Asas Lex Specialis
Sistematis.
Saran dari penulisan skripsi tersebut untuk para penegak hukum bahwasanya
lebih teliti untuk mendakwakan pasal yang dikenakan kepada terdakwa dengan
mempertimbangkan beberapa kondisi, untuk korban terhadap anak di bawah umur
dalam tindak pidana ini dalam undang-undang telah disebutkan adanya pemberatan
sanksi pidana, namun penuntut umum tidak memperhatikan hal tersebut.
Dalam penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna maka penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca terhadap penulisan skripsi ini. Dan
apabila penulisan skripsi ini bisa dikembangkan oleh penulis berikutnya akan dengan
senang hati penulis mempersilahkan untuk digunakannya skripsi ini sebagai bahan
yang akan digunakan.
Collections
- UT-Faculty of Law [6214]
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Kajian Yuridis Pemberlakuan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002 menjadi Undang-undang
KUNCORO, NDARU JOKO (2015-12-07)Negara Indonesia secara resmi mengakui adanya simpul jaringan teroris ketika terjadinya peledakan bom di beberapa tempat, puncaknya yang terjadi di Legian Kuta Bali pada tanggal 12 oktober 2002 sehingga pemerintah menerbitkan ... -
STUDI PERBANDINGAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
ADITYA PUTRA PRATAMA (2014-01-22)Berdirinya lembaga Mahkamah Konstitusi diawali dengan diadopsinya ide Constitutional Court dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ... -
HAK UJI MATERIAL UNDANG-UNDANG TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 OLEH MAHKAMAH KONSTITUSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
JULIATMOKO, Purcahyono (2015-11-19)Pembentukan Mahkamah Konstitusi merupakan hal yang sangat penting bagi kebutuhan daya dukung proses hukun yang sedang berjalan di Indonesia. Proses hak uji material undang-undang oleh Mahkamah Konstitusi termuat dalam ...