dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wilayah-wilayah kecamatan yang menjadi basis usaha peternakan kambing, wilayah-wilayah yang melakukan lokalisasi dan spesialisasi usaha peternakan kambing, mengetahui efek pengganda
usaha peternakan kambing, dan mengetahui alternatif pengembangan yang paling efeketif dan efisien guna mendukung pengembangan usaha peternakan kambing di Kabupaten Lumajang. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lumajang dengan metode analitik.Penelitian ini membutuhkan expert guna mengetahui strategi yang tepat untuk pengembangan peternakan kambing di Lumajang dengan expert sebanyak 9 orang yang dipilih secara sengaja (purposive method).
Hasil penelitian menunjukkan: 1) terdapat 10 wilayah-wilayah kecamatan yang menjadi basis usaha peternakan kambing di Kabupaten Lumajang sejak tahun 2010-2014, diantaranya yaitu: (a) Tempursari, (b) Pronojiwo, (c) Candipuro, (d) Lumajang, (e) Jatiroto, (f) Randuagung, (g) Sukodono, (h) Senduro, (i) Pasrujambe, dan (j) Gucialit dengan nilai LQ antara 1,01 sampai dengan 1,89. 2) analisis lokalisasi menunjukkan bahwa wilayah-wilayah kecamatan basis memiliki nilai lokalisasi positif kurang dari 1 artinya usaha peternakan kambing tidak terlokalisasi pada suatu wilayah kecamatan tertentu tetapi menyebar secara spasial. Analisis spesialisasi juga menunjukkan bahwa wilayah-wilayah kecamatan basis memiliki nilai koefisien spesialisasi positif kurang dari 1 artinya usaha peternakan kambing tidak dispesialisasikan pada suatu kecamatan tertentu. 3) Hasil analisis BSR menunjukkan angka sekitar 1,459 dan 1,635 yang artinya usaha peternakan kambing pada wilayah basis memiliki dampak pengganda terhadap usaha peternakan kambing pada wilayah non basis (lokal). Sedangkan analisis RM menunjukkan angka sekitar 1,611 dan 1,684 yang artinya usaha peternakan kambing di Kabupaten Lumajang memiliki dampak pengganda terhadap usaha peternakan kambing pada wilayah basis. 4) Terkait dengan usaha pengembangan peternakan kambing di Kabupaten, kriteria pengembangan yang menjadi prioritas pengembangan adalah kriteria input dengan nilai vektor prioritas sebesar 0,458, sedangkan alternatif yang menjadi prioritas pengembangan adalah modal dengan nilai vektor prioritas sebesar 0,210. | en_US |