• Login
    View Item 
    •   Home
    • LECTURER SCIENTIFIC PUBLICATION (Publikasi Ilmiah)
    • LSP-Conference Proceeding
    • View Item
    •   Home
    • LECTURER SCIENTIFIC PUBLICATION (Publikasi Ilmiah)
    • LSP-Conference Proceeding
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    (auto)eksotisme (ke/Pem) Bahasa(an): Menafsir Ulang Fragmentasi Politik Ruang Kultural

    Thumbnail
    View/Open
    Dien Vidia Rosa.pdf (1.300Mb)
    Date
    2018-04-16
    Author
    Prasetyo, Hery
    Rosa, Dien Vidia
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Artikel ini membahas tentang praktik lokalitas bahasa Jawa, khususnya pada ruang-ruang enclave kultural. Pada setting yang terbentuk melalui pluralitas posisi dan akar kultural, subjek yang berbicara dan dialogisme kultur tampil secara ambivalen, bukan hanya pada peniadaan akar identitasnya melainkan pada situasi kekinian yang mengharuskan dirinya mentransformasi kesadaran. Pada titik tersebut, bahasa menampilkan bentuk transformasi kultural dan basis ekonomi-politik sang subjek. Sementara wilayah enclave menjadi spesifik ketika subjek menghadirkan dirinya pada keterbatasan naturalitas geografis, situasi sosial yang tertutup dan terpinggirkan. Wilayah enclave menjadi penanda titik terluar dari keterpusatan kuasa bahasa yang menciptakan kedisiplinan dan menandai adanya penampakan fragmentasi ruang jangkauan kekuasaan. Sementara disisi lain, bahasa yang tampil dalam kultur urban menjadi ruang pendisiplinan melalui sistem bahasa nasional. Kategori dan kontradiksi praktik kultural antara enclave dengan urban memunculkan persoalan bagaimana subjektivitas penutur bahasa menjadi bagian yang berserakan dalam relasi kultural yang membentuk praktik subjek penutur. Dengan setting politik kebahasaan, peneliti melihat situasi yang secara sistematis mampu menciptakan ruang-ruang kebahasaan. Kuasa bahasa atas bahasa Jawa kemudian tidak lebih dari sekedar menjadi kategori kultural yang dikenali oleh sistem kebudayaan yang menjadi bagian dan mereproduksi posisi-posisi subjek yang berbicara. Dengan demikian, subjek tersebut menjadi bagian eksotisasi tradisi dan berhadapan dengan standarisasi negara atas kemungkinan munculnya pluralitas tradisi. Bagi peneliti hal tersebut bukan lagi persoalan bagaimana negara sebagai legitimator tradisi lokal mampu membatasi ruang gerak bahasa tetapi menjadi bagian dari bagaimana eksotisme tradisi dan bahasa ditempatkan pada persoalan kembalinya budaya sebagai kekuatan melawan dominasi kebahasaan.
    URI
    http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/85350
    Collections
    • LSP-Conference Proceeding [1877]

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
     

     

    Browse

    All of RepositoryCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository