dc.description.abstract | Tanaman melinjo (Gnetum gnemon L.) menjadi salah satu tanaman favorit di Indonesia karena bijinya yang dapat diolah menjadi kerupuk ataupun emping. Biji melinjo yang memiliki kandungan bioaktif protein tinggi (9-10) % yang diyakini memiliki potensi untuk dapat dikembangkan sebagai bahan dasar nutraceutical komersial yang berbasis protein. Biji melinjo memiliki beberapa tahap fase perkembangan mulai dari biji muda hingga biji berwarna merah yang dapat dibedakan dengan cara menggunakan kulit luar (eksokarp). Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh informasi mengenai penentuan masa panen yang tepat untuk menghasilkan bioaktif protein tinggi yang digunakan sebagai bahan dasar suplemen (nutraceutical) komersial.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Jember pada bulan Agustus 2016 hingga Maret 2017. Penelitian ini menggunakan sampel melinjo berdasarkan fase generatif yakni bunga (strobilus) jantan dan betina, biji muda, biji berwarna hijau, hijau kekuningan, kuning kehijauan, kuning, kuning kemerahan, dan merah dengan mengukur kandungan total protein terlarut, aktivitas antioksidan dengan metode ABTS, elektroforesis SDS-PAGE, dan fraksinasi menggunakan FPLC.
Hasil penelitian menunjukkan total kandungan protein terlarut tertinggi sebesar 6,32 mg/g pada fase hijau. Pengujian aktivitas peredaman menggunakan metode ABTS dengan nilai persen peredaman tertinggi sebesar 66,5 % pada fase hijau. Pengukuran pola pita protein dengan tiga pola dengan berat molekul berbeda ±65 kDa, ±30 kDa, dan ±14 kDa. Hasil pengukuran fraksninasi biji melinjo fase hijau menggunakan FPLC diperoleh fraksi tertinggi pada fraksi keempat, kemudian hasil fraksinasi dianalisis menggunakan metode ABTS untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan hasil menunjukkan persen aktivitas sebesar 44,0 % pada fraksi keempat. | en_US |