Perubahan Mikroklimat akibat Perbedaan Tingkat Penaungan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo
Abstract
Kebutuhan masyarakat terhadap bahan pangan semakin meningkat, namun
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemenuhan tersebut adalah
menurunnya lahan irigasi subur khususnya di Pulau Jawa. Tanaman padi gogo
merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mampu dikembangkan
pada lahan pertanian non irigasi dengan kondisi ternaung untuk memenuhi
kebutuhan pangan.
Penaungan dapat mengakibatkan perubahan mikroklimat di sekitar
tanaman ternaung, sehingga perlu diteliti perubahan seperti apa yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi tambahan pengetahuan mengenai toleransi tanaman terhadap perubahan
mikroklimat akibat pemberian penaungan.
Penelitian dilaksanakan di lahan tadah hujan Dusun Darsono Kecamatan
Arjasa Kabupaten Jember, pada ketinggian tempat 141 m dpl dan secara georgafis
terletak pada 08°07’15.5” LS dan 113°44’15.4” BT sedangkan analisis karakter
fisiologis dan produksi dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian dilaksanakan mulai 20 Juli 2009
sampai dengan 20 Desember 2009. Rancangan penelitian menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial. Faktor pertama adalah tingkat
naungan sebanyak 4 taraf, yaitu : N0 (tanpa naungan), N1 (naungan 26%), N2
(naungan 56%) dan N3 (naungan 68%), sedangkan faktor kedua adalah varietas
dengan menggunakan varietas lokal Pelanyaroan, Longser dan Budheng.
Parameter pengamatan meliputi Temperatur Udara (
vi
o
C), Kelembaban Relatif
Udara (%), Intensitas Cahaya Matahari (%), Daya Hantar Stomata (mmol/m
s),
Kandungan total Klorofil (μmol/m
2
), Indeks Luas Daun, Tinggi tanaman (cm),
Jumlah anakan, Berat Biji (ton/Ha), dan Kandungan Pati (%). Masing-masing perlakuan terdiri atas 10 sampel, nilai rerata pada parameter pertumbuhan
dianalisis menggunakan Analisis Regresi Non-Linear.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian naungan dapat
mengakibatkan penurunan temperatur udara dan intensitas cahaya matahari.
Perubahan mikroklimat tersebut mengakibatkan perubahan kondisi fisiologis dan
morfologis tanaman sebagai bentuk adaptasi untuk tumbuh optimum. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa diantara ketiga varietas yang digunakan varietas
Budheng merupakan varietas yang memiliki toleransi terhadap perubahan
temperatur dan cahaya yang ekstrim (penaungan > 56%), sedangkan varietas
Pelanyaroan memiliki toleransi paling rendah terhadap penaungan berat dilihat
dari parameter pertumbuhan dan produksinya.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]