Show simple item record

dc.contributor.authorSukatman, Sukatman
dc.date.accessioned2016-08-31T01:25:07Z
dc.date.available2016-08-31T01:25:07Z
dc.date.issued2016-08-31
dc.identifier.isbn978-602-258-382-0
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76816
dc.description.abstractampai saat ini yang berkembang di masyarakat masih pemikiran bahwa Blambangan musuh Majapahit, musuh kerajaan Pajang, dan musuh Mataram Islam. Dari mana dan kapan pemikiran ini muncul tidak diketahui secara pasti. Ada yang tidak masuk akal dari pemikiran tersebut. Negeri Blambangan lahir setelah Majapahit runtuh sekitar 1478 Masehi yang raja pertamanya Lembu Anisroyo, sehingga tidak mungkin memusuhi Majapahit seperti dalam cerita Menakjinggo-Damarwulan. Blambangan tidak patuh kepada Pajang karena Pajang tidak memberikan otonomi, sedangkan Mataram kuno amat menghormati negeri leluhur orang Blambangan. Terbukti dengan dibangunnya prasasti otonomi berupa prasasti Watu Gong di Rambipuji Jember, sekitar tahun 789 Masehi. Mataram Islam memang pernah menawan Mas Kembar, putra Tawang Alun, tetapi dilepaskan kembali dan tidak pernah menumpas Blambangan era Tawang Alun. Pada tulisan ini dibahas (1) nama-nama negeri Blambangan, (2) tata wilayah negeri Blambangan, (3) pergerakan pusat pemerintahan negeri Blambangan, dan (4) pengembangan industri wisata di Blambangan Raya. Pembahasan ini bertujuan membangun wacana budaya dan sejarah Blambangan yang objektif dan proporsional dan terbebas dari dominasi ideologi tertentu yang tidak cocok lagi dengan semangat humanisme abad modern. Tulisan ini sebagai upaya merekonstruksi identitas bangsa dan pemanfaatan Blambangan Raya sebagai industri wisata berbasis sejarah dan alam.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectBlambanganen_US
dc.subjectINDUSTRI WISATAen_US
dc.titleBLAMBANGAN: REKONSTRUKSI IDENTITAS KEBANGSAAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI WISATAen_US
dc.typeProsidingen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record