PEMANFAATAN BIJI KAKAO UNTUK PRODUKSI POLIFENOL SEBAGAI SENYAWA ANTIBAKTERI
Abstract
Polifenol biji kakao memiliki aktivitas antioksidan yang sangat baik dan
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Selain itu, penelitian secara in vitro dan in vivo
menunjukkan bahwa polifenol biji kakao memiliki antioksidan yang mampu menekan
hidrogen peroksida, melindungi lemak dari kerusakan oksidasi dan menghambat
pertumbuhan beberapa mikroba patogen dalam makanan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui potensi pemanfaatan biji kakao untuk produksi polifenol sebagai senyawa
antibakteri, mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak polifenol
biji kakao terhadap pertumbuhan bakteri patogen. mengetahui konsentrasi efektif
ekstrak polifenol biji kakao dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Hasil
penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengolahan biji kakao yang
tepat untuk produksi polifenol sebagai senyawa antibakteri.
Penelitian terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap penelitian karakteristik biji kakao,
penelitian mengenai karakteristik polifenol kakao dan penelitian mengenai uji daya
hambat terhadap bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis. Parameter yang diamati
adalah karakteristik biji kakao kering yang meliputi kadar air biji kakao, kadar lemak
biji kakao kering, nilai pH biji kakao kering, dan indeks fermentasi. Selain itu, juga
diamati karakteristik polifenol kakao yang meliputi kadar total polifenol (Metode
Singelton), kapasitas antioksidan (Metode DPPH), warna PF konsentrat dan PF
kering (Colour Reader CR – 300 Minolta). Pada tahap akhir dilakukan uji daya
hambat (Metode Sumuran Kirby Bauer) dengan melihat diameter zona hambatan
yang terbentuk.
Rancangan penelitian untuk mengetahui keterkaitan dan pengaruh beberapa
faktor dalam penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF)
yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yaitu: faktor jenis polifenol dan
faktor konsentrasi polifenol dengan 2 kali ulangan dimana ulangan dinyatakan
sebagai waktu inkubasi.
Faktor asal bahan baku polifenol diasumsikan sebagai A, faktor konsentrasi
polifenol diasumsikan B. Faktor asal bahan baku polifenol terdiri dari polifenol dari
biji kakao nonfermented asal Blater (A0), biji kakao nonfermented asal Banjarsari
(A1) dan biji kakao nonfermented asal Blitar (A2). Faktor konsentrasi polifenol
terdiri dari kontrol (B0), 25.000 ppm (B1), 50.000 ppm (B2), 75.000 ppm (B3) dan
100.000 ppm (B4). Waktu inkubasi terdiri dari inkubasi 24 jam dan inkubasi 48 jam.
Bakteri yang diuji terdiri dari bakteri gram positif (Bacillus subtilis) dan bakteri gram
negatif (E.coli). Dari dua faktor tersebut dikombinasikan sehingga diperoleh 15
kombinasi perlakuan sebagai berikut.
A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 A0B4
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4
A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
Perhitungan RAKF dilakukan pada masing-masing hasil pengamatan dari
setiap uji daya hambat (uji daya hambat Bacillus subtilis dan uji daya hambat
Eschericia coli).
Secara umum polifenol hasil ekstraksi biji kakao berpotensi baik sebagai
senyawa antibakteri. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
pemberian berbagai konsentrasi ekstrak polifenol biji kakao terhadap pertumbuhan
bakteri gram positif (B. subtilis) dan gram negatif (E. coli) memberikan pengaruh
terhadap daya hambat, sedangkan lama inkubasi memberikan pengaruh terhadap laju
penghambatan, konsentrasi terendah polifenol biji kakao yang diujikan dalam
penelitian yaitu konsentrasi 25.000 ppm sudah cukup efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif (B. subtilis) dan gram negatif (E. coli).