STUDI PERBANDINGAN KUALITAS PENANGANAN LIMBAH CAIR PROSES KOPI SEMI BASAH DENGAN PENAMBAHAN POLIALUMINIUM KLORIDA DAN ALUMINIUM SULFAT
Abstract
Indonesia memiliki luas areal perkebunan kopi yang berada pada peringkat
keempat di dunia, sebagian besar berupa kopi robusta seluas 1,30 juta ha dan kopi
arabika mencapai 177.100 ha dengan total produksi 682.158 ton. Besarnya produksi
kopi di Indonesia khususnya di Jember, banyak menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan. Limbah kopi tersebut biasanya langsung dialirkan ke lahan
pertanian atau di saluran-saluran pembuangan air oleh para petani kopi. Volume
limbah cair yang cukup besar ini mengandung nilai kebutuhan oksigen kimiawi
(COD) yang cukup tinggi dan kompleks pigmen cokelat yang menyerupai melanoidin
dan menjadi penghambat dalam proses penanganan limbah cair hingga dihasilkan
mutu efluen yang memenuhi baku mutu. Beberapa bahan kimia telah ditemukan
dalam usaha perbaikan kualitas pengolahan limbah cair terutama limbah yang kadar
pigmenya tinggi. Salah satu bahan polielektrolit yang dikenal dipasaran dalam
pengolahan limbah cair adalah polialuminium klorida (PAC) dan aluminium sulfat
(tawas). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas kemampuan
polialumunium klorida dan tawas sebagai kaogulan-flokulan terutama dalam
menurunkan nilai absorbansi, TSS, dan COD, serta nilai pH akhir limbah cair kopi .
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan diskriptif dengan
dengan 3 faktor yaitu faktor A sebagai jenis koagulan (PAC dan tawas), faktor B
sebagai dosis koagulan (2,5 g/ L; 5 g/ L dan 7,5 g/ L) dan faktor C sebagai pH sampel
(5, 6 dan 7). Dari kombinasi ketiga jenis faktor tersebut didapatkan 18 perlakuan
yang berbeda. Dan dalam penelitian ini dilakukan 3 kali pengulangan untuk tiap-tiap
sampel. Penggunaan NaOH untuk pengaturan pH limbah sebelum diberi perlakuan.
pengadukan dilakukan pada kecepatan 120 rpm selama 1 menit untuk pengadukan
cepat dan kecepatan 45 rpm selama 15 menit untuk pengadukan lambat. Parameter
yang diamati adalah persentase penurunan nilai absorbansi, TSS, dan COD.
Hasil analisa data yang didapat diolah secara deskriptif, kemudian
diinterprestasikan sesuai dengan parameter yang diamati. Dari hasil pengamatan
proses koagulasi flokulasi menunjukkan bahwa jenis koagulan PAC jauh lebih efektif
bila dibandingkan dengan penggunaan koagulan tawas, akan tetapi secara ekonomi
penggunaan tawas lebih murah bila dibandingkan PAC. Selain itu memerlukan waktu
cukup lama untukmengendapkan kotoran dalam limbh cair. Dosis dan pH optimum
yang dapat diberikan untuk proses pengolahan limbah cair kopi dengan penggunaan
PAC adalah 5 gr/ L pada pH 7, dihasilkan nilai pH akhir limbah 6,39. Penurunan
persentase absorbansi 81,705%, untuk penurunan persentase TSS dan COD adalah
68,47% dan 82,99%. Sedangkan untuk penggunaan tawas dengan dosis 7,5 gr/ L
pada pH 6 dihasilkan nilai pH akhir limbah 5,64, penurunan persentase absorbansi
70,48%, untuk penurunan persentase TSS dan COD adalah 43,88% dan 80,68%.
Penggunaan koagulan harus berdasarkan dosis dan pH yang dibutuhkan sesuai
dengan karakteristik jenis koagulan dan limbah, bila berlebihan dalam
penggunaannya maka limbah yang dihasilkan akan semakin keruh dan semakin asam