Studi Penyimpangan Mutu Tahu dengan Metode SIX SIGMA : Studi Kasus pada Pabrik Tahu Putih Arjasa Jember
Abstract
Mutu merupakan gambaran dan karakteristik menyeluruh produk atau jasa,
yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang ditentukan.
Industri tahu perlu memperhatikan mutu dari produk yang dihasilkan untuk
perkembangan industrinya.
Umumnya produsen tahu di Indonesia masih dalam katagori usaha home
industry/industri kecil. Kebanyakan dari mereka belum menetapkan pengendalian
mutu dalam proses produksinya dan masih menggunakan teknologi konvensional.
Kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya produk yang mengalami
kesalahan/cacat mutu.
.Tujuan penelitian adalah mengevaluasi proses pembuatan tahu untuk
mengidentifikasi jenis-jenis cacat dan penyebab terjadinya cacat pada output,
mengetahui level sigma perusahaan dan memberikan alternatif peningkatan kualitas
pada produk akhir.
Penelitian dilakukan pada proses produksi di Pabrik Tahu Putih Arjasa yang
berlokasi di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember pada bulan Juni 2010 sampai
Agustus 2010. Pelaksanan penelitian dimulai dengan penentuan lokasi penelitian,
melakukan observasi aktifitas kerja, melakukan penyiapan instrument dan
pengambilan data.
Penelitian menggunakan metode Six Sigma dengan siklus DMAIC dalam
pengolahan data. Alat yang digunakan diagram IPO pada fase define, measure dengan
pareto, bagan p, penghitungan DPMO dan level sigma, analyze dengan diagram
sebab akibat dan pada improve diberikan alternatif-alternatif dan fase control
diberikan saran sistem kontrol.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: jenis cacat tahu
putih Arjasa dari jumlah terbesar hingga terkecil yakni ukuran tidak seragam (29%),
kontaminasi (28,69%), hancur (27,72%), bantat (9,63%), tidak utuh (2,56%), penyok
(2,4%) dengan kemungkinan penyebab cacat yakni human error (38,63%), proses
pengolahan (30,12%), lingkungan (28,69%), dan alat (2,56%).
Nilai sigma Pabrik Tahu Putih Arjasa adalah 2,92 dengan DPMO 78440. Atau
mendekati level sigma 3. Perusahaan pada level tersebut dalam sejuta kesempatan
produksi terdapat 66800 kemungkinan cacat pada produk, atau satu cacat setiap 15
produk yang dihasilkan.
Adapun alternatif perbaikan dan pengendalian kualitas yang dapat ditemukan
untuk penangananya adalah peningkatan budaya mutu, standarisasi penerapan proses,
stadarisasi peralatan produksi, standarisasi lingkungan kerja dan penerapan fasilitas
sanitasi dan penerapan kontrol mutu yang perlu dilakukan pada pabrik Tahu Putih
Arjasa adalah dengan pengawasan terhadap kinerja karyawan, pengawasan terhadap
proses produksi, penghitungan perbandingan cacat pada produk akhir dan
pendokumentasian