Penerapan statistical process control (SPC) pada pengolahan secara basah kopi Arabika (Studi kasus di PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) kebun Kalisat/Jampit)
Abstract
Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor non-migas yang utama setelah
kayu dan karet. Ekspor kopi ini menyumbangkan cukup besar devisa negara.
Salah satu faktor penghambat terpenting untuk meningkatkan nilai ekspor di era
globalisasi ini adalah faktor mutu kopi. Mutu sangat berkaitan dengan proses
pengolahannya, dalam prakteknya pengolahan kopi arabika ini dilakukan secara
basah. Metode ini perlu mendapat perhatian yang serius karena kerumitannya dan
membutuhkan biaya lebih tinggi daripada pengolahan secara kering.
Salah satu metode pengendalian mutu proses dengan statistik sering
menjadi pilihan, karena lebih murah, mudah, cepat dan akurat adalah Statistical
Process Control (SPC). Statistik Kendali Proses atau SPC mencakup pengukuran
dan evaluasi terhadap variasi dalam sebuah proses, dan usaha-usaha yang telah
dibuat untuk membatasi atau "mengontrol" variasi tersebut. SPC juga sangat
fleksibel dalam menganalisis proses apa saja, termasuk proses pengolahan secara basah kopi arabika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluaran mutu pada setiap tahap
proses pengolahan biji kopi arabika. Mengetahui kemampuan proses berdasarkan
kapabilitas proses (Cp) untuk proses-proses yang berada dalam statistik kendali
mutu. Serta mengetahui apakah proses sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data skunder tahun produksi 2003 kebun
Kalisat/Jampit. Data tersebut dianalisa secara berurutan dengan bagan kendali x
untuk data variabel dan bagan kendali p untuk data atribut. Sedangkan kapabilitas
proses ditentukan dengan nilai Cp.
Dari hasil analisis dan pembahasan diketahui secara keseluruhan bahwa
proses pengolahan secara basah kopi arabika di PT Perkebunan Nusantara XII
kebun Kalisat/Jampit dalam batas kendali mutu. Sedangkan kapabilitas proses
(Cp) setiap tahapan proses bervariasi. Untuk Cp > 1,33 terjadi pada tahapan
proses hulling dan sortasi biji, maka kapabilitas proses sangat baik. Untuk 1,00 S
Cp :5 1,33 terjadi pada tahapan proses pulping dan jemuran untuk kadar air, maka
kapabilitas proses baik Dan Cp < 1,00 terjadi pada tahapan proses sortasi
glondong, fermentasi, pencucian, dan pengeringan. Maka kapabilitas proses
rendah, sehingga periu ditingkatkan performansinya melalui perbaikan proses.
Dari dua indikasi diatas maka tahapan proses pengolahan secara basah
kopi arabika di PT Perkebunan Nusantara XII kebun Kalisat/Jampit sudah sesuai
dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Namun untuk menghasilkan
produk yang lebih baik, maka perlu ditingkatkan kapabilitas proses (Cp ),khususnya pada tahapan proses yang memiliki Cp lebih kecil dari 1.