dc.description.abstract | Biji kakao Indonesia menjadi salah satu komoditi perdagangan yang
menghasilkan devisa bagi negara. Indonesia menempati posisi ketiga penghasil
kakao dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksi biji kakao Indonesia
secara signifikian terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah
dan beragam. Permasalahan pengolahan kakao ditingkat petani adalah kurangnya
pengetahuan terhadap teknologi pengolahan biji kakao dan belum adanya satu
prosedur guna menghasilkan biji kakao kering berkualitas.
Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa
Jogjakarta yang salah satu komoditas perkebunan potensial adalah kakao. Kakao
Gunung Kidul adalah kakao yang dapat menyumbang dinamika perekonomian
rakyat. Produk kakao Gunung Kidul masih memiliki banyak permasalahan
terutama pada kualitas produk sehingga perlu perhatian agar keberlanjutan
pemasaran kakao yang sudah dilakukan oleh kelompok-kelompok tani tetap
berjalan. Kualitas biji kakao yang beragam mengakibatkan rendahnya harga jual
biji kakao. Rendahnya harga jual tersebut diberikan untuk biji kakao kering
fermentasi yang belum diketahui kualitasnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
evaluasi terhadap karakteristik fisik maupun kimia dari biji kakao yang
difermentasi yang sesuai dengan SNI untuk dapat diketahui tingkat mutu dan
harga jual biji kakao kering fermentasi yang sesuai.
Penelitian dilaksanakan dengan mengambil sampel biji kakao pada
fermentasi hari ke-0, ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5 dan ke-6 setelah pembilasan
masing-masing 5 kg sebanyak 2 kali ulangan. Setelah itu dilakukan pengeringan
dengan matahari selama 4-5 hari. Selanjutnya biji kakao kering yang dihasilkan
dianalisis secara fisik, kimia dan mikrobiologis di laboratorium. Karakteristik
fisik meliputi bentuk biji kakao kering, penggolongan biji kakao berdasarkan
ukuran biji, dan uji belah (cut test). Karakteristik kimia meliputi kadar air, kadar
lemak dan indeks fermentasi, sedangkan secara mikrobiologis dengan
menentukan total bakteri pada biji kakao kering. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis secara deskriptif yang diinterpretasikan menggunakan tabel atau
histogram.
Berdasarkan hasil analisis secara fisik biji kakao rakyat di Kabupaten
Gunung Kidul memiliki bentuk biji utuh yang semakin meningkat seiring lamanya
fermentasi. Jumlah biji kakao kering hari ke-5 dan hari ke-6 diklasifikasikan
dalam golongan B. Biji kakao kering pada hari ke-5 dan hari ke-6 mulai
terfermentasi sempurna dimana warna coklat pada keping biji lebih dominan.
Hasil analisis kimia biji kakao kering memiliki kadar air sesuai SNI 2323-2008
Mutu I dan Mutu II dimana kadar air biji kakao kering maksimal 7,5%.
Kandungan lemak biji kakao cukup tinggi yaitu 59,44%. Indeks fermentasi kakao
pada hari ke-5 yaitu 1,07. Total bakteri tertinggi pada biji kakao hari ke-3 yaitu
sebesar 1,2x109. Peningkatan jumlah bakteri disebabkan oleh mikroba yang
berperan dalam perombakan senyawa-senyawa selama fermentasi banyak tumbuh.
Berdasarkan analisis karakteristik biji kakao secara fisik, kimia dan mikrobiologi
tersebut biji kakao di Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta dapat diklasifikasikan
dalam golongan Mutu I dan Mutu II berdasarkan SNI 2323-2008 karena memiliki
karakteristik yang baik dan telah sesuai Standart Nasional Indonesia. | en_US |