FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA SAWIT DALAM AIR MENGGUNAKAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN GLISEROL MONOSTEARAT ATAU LESITIN
Abstract
Mikroemulsi adalah dispersi isotropik, stabil secara termodinamis,
transparan, ukuran droplet berkisar antara 5-100 nm, dan berasal dari
pembentukan spontan bagian hidrofobik dan hidrofilik molekul surfaktan.
Mikroemulsi dapat melarutkan bahan tambahan pangan lipofilik dan hidrofilik
dalam jumlah besar. Besar nilai HLB (hydrophilic lipophilic balance)
menentukan pembentukan mikroemulsi. Sumber minyak pangan yang banyak
digunakan adalah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan pembuat mikroemulsi. Penggunaan campuran dua surfaktan
teknis “Food Grade” dengan nilai HLB rendah dan tinggi dimungkinkan dapat
memperbaiki tingkat pelarutan air dan minyak. Surfaktan HLB rendah gliserol
monostearat (GMS) (HLB 3,8) atau Lesitin (HLB 4) akan membantu pelarutan
minyak dan surfaktan HLB tinggi (Tween 80 HLB 15), akan membantu
pelarutan air. Tujuan dari penelitian ini untuk (1) Mengetahui stabilitas
mikroemulsi minyak kelapa sawit dalam air dengan kombinasi surfaktan Tween
80 - GMS atau Tween 80 - lesitin pada nilai HLB, rasio minyak dan surfaktan,
dan rasio minyak-surfaktan dan air tertentu, (2) Mengetahui formulasi yang
menghasilkan mikroemulsi minyak kelapa sawit dalam air paling stabil.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak Lengkap
(RAL) dengan 3 faktor yaitu variasi nilai HLB (13; 13,5; 14 dan 14,5), variasi
rasio minyak dan surfaktan (15:85; 17,5:82,5 dan 20:80), dan variasi rasio
minyak-surfaktan dan air (1:6, 1:7, dan 1:8) dengan 3 kali ulangan. Pengolahan
data dilakukan dengan metode diskriptif. Parameter yang diamati yaitu stabilitas
mikroemulsi Stabilitas mikroemulsi minyak kelapa sawit dalam air diuji dengan
penyimpanan pada suhu ruang dan uji stabilitas dipercepat diantaranya
sentrifugasi dan pemanasan. Stabilitas mikroemulsi ditentukan dengan menera
absorbansi pada 502 nm menggunakan spektrometer. Nilai absorbansi
dikonversi ke persen turbiditas yang besarnya = 2,303 x absorbansi.
Mikroemulsi dianggap stabil apabila turbiditasnya kurang dari 1% .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi minyak dalam air
dengan menggunakan surfaktan Tween 80 – GMS dan surfaktan Tween 80 –
lesitin terbentuk mulai HLB 14. Uji stabilitas mikroemulsi pada kedua
kombinasi surfaktan dengan penyimpanan suhu ruang selama 8 minggu,
diperoleh persen turbiditas semakin meningkat, sehingga stabilitasnya menurun.
Mikroemulsi paling stabil diperoleh dari formulasi surfaktan Tween 80 – GMS
diperoleh dari formulasi HLB 14, rasio minyak dan surfaktan 15:85, dan rasio
minyak-surfaktan dan air 1:6. Stabilitas yang sama diperoleh pada penggunaan
surfaktan Tween 80 – lesitin dari formulasi HLB 14, rasio minyak dan surfaktan
15:85, dan rasio minyak-surfaktan dan air 1:8. Dari kedua kombinasi surfaktan,
dengan HLB 14 dihasilkan mikroemulsi yang lebih stabil daripada HLB 14,5.
Semakin banyak penambahan aquades pada pembuatan mikroemulsi
menggunakan surfaktan Tween 80 - GMS (Gliserol Monostearat), stabilitas
mikroemulsi semakin menurun dibandingkan rasio minyak dan surfaktan dengan
penambahan aquades yang lebih sedikit, sedangkan pada surfaktan Tween 80 –
lesitin stabilitasnya semakin meningkat. pada uji stabilitas yang dipercepat
dengan sentrifugasi dan pemanasan, mikroemulsi tetap stabil. Mikroemulsi
minyak kelapa sawit paling stabil dari kedua kombinasi surfaktan (Tween 80 –
GMS and Tween 80 - lecithin) yaitu pada formulasi HLB 14, rasio minyak dan
surfaktan 15:85, dan rasio minyak-surfaktan dan air 1:6.